Harapannya Kurikulum Merdeka Belajar ini bisa menjawabi carut-marut proses belajar siswa yang terjadi selama ini. Karena kurikulum merdeka mengupayakan proses belajar siswa yang lebih merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka.
Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil bila melihat tujuan merdeka belajar itu sendiri. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan kompetensi, menunjukkan kebiasaan refleksi untuk mengembangkan diri secara mandiri, dan meningkatkan partisipasi aktif dalam jejaring dan organisasi profesi untuk pengembangan karier ke depan.
Kurikulum Merdeka Belajar memberikan ruang kebebasan berpikir yang lebih sehingga para siswa mempunyai pemikiran kritis dan bersifat membangun.
Hal yang positif dari Merdeka Belajar adalah siswa tidak dipaksa untuk menguasai suatu pengetahuan. Karena melaluinya para pelajar dibantu untuk bisa sendiri mengatur tujuan, proses, dan penilaian belajar untuk mengembangkan suatu kompetensi.
Dalam hal ini, Merdeka Belajar telah menggabungkan tanggung jawab, otonomi dan otoritas siswa dalam satu paket yang komplit.
Belajar bukan lagi dinilai oleh besarnya angka tetapi oleh karya yang bermakna.
Selama ini telah terjadi miskonsepsi terhadap belajar itu sendiri. Siswa belajar hanya untuk ujian. Ini disebabkan karena ujian yang menentukan seseorang berhasil atau tidak.
Kendali belajar seutuhnya berada di tangan pengajar. Siswa kehilangan otonominya sehingga menyebabkan matinya kreativitas dan tidak bisa berinovasi sesuai dengan keinginan dan minatnya.
Sementara itu dalam merdeka belajar, pelajar mengatur sendiri belajarnya mulai dari rencana, proses, dan penilaian akhir.
Salah konsepsi itu berdampak pada kebutuhan dan minat belajar siswa. Siswa dikelompokkan berdasarkan peminatan IPA, IPS, Bahasa, padahal kebutuhan dan minat siswa lebih bervariasi dari itu.
Karena itu dalam Merdeka Belajar kebutuhan dan minat itu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap individu.