Dalam kasus Vicky dan Kalina, misalnya secara tersurat kita bisa melihat apa sebenarnya tujuan media digital.Â
Apa yang ditonjolkan dalam berita-berita tentang Vicky dan Kalina adalah hal-hal yang vulgar, sensasional dan kontroversial. Aspek-aspek yang memang sangat diminati pembaca mainstream.
Oleh karena mengikuti minat dan selera pasar inilah, maka media kurang memberi perhatian pada kelayakan konten. Mereka hanya berfokus untuk memfasilitasi dorongan agar trafik pembaca naik.
Untuk tujuan itu maka tidak heran bila berita-berita tentang artis-artis bisa mendominasi ruang publik media digital berhari-hari mengalahkan konten-konten publik yang lebih layak.
Keberhasilan sebuah konten tidak dinilai dari seberapa layaknya konten itu melainkan dinilai dari seberapa tingginya page views.Â
Konten yang berisi kasus perceraian Vicky dan Kalina sudah pasti memiliki page views yang lebih tinggi dibandingkan dengan konten tentang masalah-masalah publik lainnya.
Karena itu, tidak heran bila terus menjadi trending di google.
Hari per nasional telah dirayakan kemarin (9/2/2022) Â secara langsung dan virtual. Presiden dalam sambutan yang disampaikan secara virtual dari Istana negara masih meyakini bahwa pers nasional masih dapat dipercaya karena bisa menampilkan berita-berita yang akurat dan terpercaya.
Pers harus memainkan peranannya dalam membawa perubahan dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.
Berita-berita para celebrity memang adalah magnet terbesar untuk menarik pembaca. Ini adalah tantangnya.Â
Klik dan page views penting tapi untuk media digital. Namun berita-berita bombastis para celebritas seperti percerain Vikcy dan Kalina tidak perlu ditampilkan berulang-ulang.