Ilustrasi Manfaat Percaya diri via bintangsekolahindonesia.com
Kata orang, kita harus PD (percaya diri) dengan diri sendiri, pun dengan apa yang kita hasilkan. Kalimat ini bagi saya adalah cuma sebagai teori saja. Karena bagi saya, rasa percaya diri ini merupakan persoalan yang sangat mengganggu bahkan sampai dengan saat ini.
Lalu apa hubungan rasa percaya diri dengan dunia kepenulisanku?
Selama ini saya menulis, tetapi bila dibuat perbandingan dengan penyanyi, maka ada penyanyi profesional, penyanyi kafe, penyanyi di pesta-pesta dan ada pula penyanyi kamar mandi. Dalam dunia kepenulisan saya masuk dalam kategori penyanyi kamar mandi.
Cita-cita dan keinginan untuk jadi penulis tinggi tetapi keinginan kuat itu tidak dibarengi dengan rasa percaya diri yang tinggi juga. Kurangnya rasa percaya diri ini memicu keengganan untuk banyak menulis.
Saat masih kuliah pun, saya menulis karena ada tugas dari dosen baik itu berupa paper atau pun makalah untuk seminar. Di luar itu, saya begitu pemalu untuk menulis bagi kalayak ramai semisal surat kabar atau pun majalah kampus.
Sebab ketika hendak menulis,pikiranku dipenuhi dengan angan-angan akan sebuah tulisan yang sempurna. Alhasil jangankan sebuah tulisan sempurna, sebuah tulisan asal jadi pun tidak pernah jadi.
Saya teringat suatu saat ada sebuah lomba menulis di kampus untuk memeriahkan pesta sekolah. Iseng-iseng saya membuat tulisan beberapa halaman, tentunya dunia kampus menghendaki sebuah tulisan ilmiah dan saya memenuhi persyaratan itu.
Waktu itu saya mendapat juara tiga dalam lomba itu. Itu pun karena peserta yang mengikuti lomba hanya beberapa orang.Â
Bayangkan sahabat-sahabat kompasianer, saat pengumuman hasil lomba, saya tidak hadir di tempat pengumuman. Saya kurang percaya diri untuk tampil menerima hadiah lomba.
Teman-teman kompasianer, saya mendaftar menjadi anggota kompasiana sudah sejak 2016 silam. Tetapi dalam kurun waktu itu hanya satu dua artikel yang tayang di akun kompasianaku.
Saya mencoba menulis, namun setiap kali mulai menulis, tulisan-tulisan itu tidak pernah selesai. Tulisan setengah jadi tersebut saya tinggalkan. Dari refleksi saya beberapa waktu lalu, saya menemukan bahwa sebab yang jadi hambatan untukku tidak pernah selesai dalam menulis adalah rasa percaya diri atas karya sendiri.
Saking tidak percaya dirinya sehingga membuat saya takut nantinya artikel-artikel saya masuk dalam kategori sampah.
Saya menginginkan tulisan yang sempurna, tetapi setiap kali membaca ulang tulisan-tulisan setengah jadi itu, rasanya masih sangat jauh dari kata sempurna. Merasa gagal dan akhirnya kehilangan motivasi untuk menulis.
Saya tahu, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bahkan saya terlalu pemaaf dengan diri sendiri sehingga tidak bisa melahirkan karya-karya tulis saya di akun kompasianaku.Â
padahal blog kompasiana adalah tempat di mana saya menyalurkan hobi menulis saya walaupun saya seumpama penyanyi hanyalah penyanyi kamar mandi.
Setelah satu dua artikel yang sangat pendek nongol di blog kompasianaku, saya berhenti menulis dan praktis tidak lagi mengunjunginya.
Di tahun 2020, adik-adik saya mulai menulis di kompasiana. Lalu saya teringat kembali dengan akun kompasianaku. Iseng-iseng saya membuka kembali akun saya yang sudah lama saya tinggalkan. Di sana diminta untuk memverifikasi data.
Saya mengikuti saran dari kompasiana dan akhirnya saya mendapat verifikasi hijau. Dan verifikasi hijau saya masih bertahan sampai saat ini.
Setelah itu, saya masih menjadi pembaca setiap kompasiana tanpa berniat menulis di blog-ku. Keadaan ini bertahan hingga akhir tahun lalu.
Di tempat kerja, seorang teman saya yang merupakan penulis aktif kompasiana, selalu memamerkan pencapaiannya di kompasiana. Aksinya ini memantik kembali keinginanku untuk menulis.
Di akhir bulan Desember saya mulai menulis. Satu dua artikel saya tayang. Dari beberapa artikel itu, ada tiga yang masuk dalam artikel pilihan. Wah, ada kebahagiaan di hati. Rasa bahagia ini menstimulus rasa percaya diriku untuk menulis lagi dan lagi.
Saya mulai melirik beberapa tema yang ditawarkan oleh admin kompasiana dan mencoba untuk menulis sesuai dengan itu.Â
Pada awalnya, saya tidak pernah yakin bahwa artikel saya bisa AU. Namun kegembiraan saya membuncah ketika artikel saya tentang polemik nama Nusantara calon IKN mendapat AU. Perasaanku bercampur-campur, antara gembira sekali dan rasa tidak percaya.Â
Saya membaca berulanga-ulang artikel saya tadi karena saking senangnya. Berbunga-bunga rasanya.Â
Walau sudah lama mendaftar menjadi blogger di kompasiana, tetapi karena baru mulai aktif akhir tahun lalu, saya terhitung sebagai pendatang baru. Sebagai pendatang baru, artikel mendapat AU merupakan sesuatu banget.
Apalagi setelah itu berturut tiga artikel berikut yang tulis juga mendapat ganjaran AU dari admin.Terus terang rasa percaya diri saya ada di tingkat tertinggi.Â
Terimaksih admin kompasiana. Ganjaran AU untuk 4 artikel saya itu telah menaikan rasa percaya diriku pada tempat yang seharusnya.Â
Apakah saya berpuas diri dengan capaian itu? Tidak.
Banyak sekali teman-teman di kompasiana yang mencapai level tinggi dengan capaian luar biasa. Ribuan artikel telah tayang dan ratusan artikel mereka diganjari AU.
Karena itu, saya harus belajar dan terus belajar. Â
Ada yang bilang umur kepala empat bukan saatnya untuk belajar. Akan tetapi bagi saya hidup itu adalah belajar. Yang muda belajar dari yang tua, yang tua belajar dari yang muda. Selagi ada kemauan untuk belajar, maka tidak ada yang bisa menghalangi. Jalan itu akan selalu ada bila ada kemauan.
Saya selalu mencari inspirasi dari teman-teman kompasianer yang artikelnya selalu nongol sebagai AU. Kompasiana telah menjadi tempat saya belajar bagaimana menulis. Saya belajar banyak dari teman-teman.
Selain itu salah satu sumber belajarku juga adalah bagian Kolom pada portal berita online kompas.com terutama tulisan-tulisan Pak Jaya Suprana.
Membaca tulisan-tulisan Pak Jaya rasanya sangat empuk. Tulisannya ringan tapi berbobot dan enak dibaca. Saya tidak pernah melawatkan sehari pun untuk menengok kolom yang berisi tulisan-tulisan bernas Pak Jaya. Selain menikmati tulisan-tulisan empuknya, juga belar darinya bagaimana menulis yang baik.
Saya bersyukur karena telah aktif di kompasiana bukan saja hanya membaca tetapi juga menulis. Walaupun tulisan-tulisan saya masih jauh dari sempurna tapi tidak menjadi soal. Bukankah sempurna itu hanya milik Tuhan?
Artikel-artikel saya baru 29 buah. Jumlah view baru di angka 5ribuan. Sedangkan kolom komentar 24, artikel pilihan 11 dan Artikel Utama baru 4. Itu capaianku di dua bulan terkahir sejak akhir Desember lalu.
Tetapi dengan modal rasa percaya diri yang terus meningkat dan dengan motivasi diri terus-menerus untuk menulis, maka saya bisa mencapai tujuanku untuk mendapat centang biru.
Akhirnya saya tersadar, rasa percaya diri itu tidak hanya harus timbul dari dalam diri, tetapi juga perlu stimulan dari luar diri. Rasa percaya diri itu sudah ada di dalam diri. Tinggal bagaimana mengaktifkannya.
Terima kasih Kompasiana. Terima kasih teman-teman yang selalu menyajikan artikel-artikel yang sangat memotivasi dan miningkatkan rasa percaya diriku.
Terima kasih Admin Kompasiana yang baik hati yang selalu bekerja dengan telaten untuk menilai artikel-artikel kami.
Salam Sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H