*
Pukul setengah tujuh pagi, dengan matahari yang sayup-sayup menghantar sinar, saya sudah berkeliling. Menelusuri kebenaran dari cerita Pak Dedi.
Saya meninggalkan mereka yang sedanag menyantap berbagai makanan yang disediakan istri Pak Dedi. Makanan khas Jawa Barat yang begitu nikmat.
Saya berkeliling dari satu ladang ke ladang lain. Melihat petani-petani yang sepagi ini sudah beraktifitas. Kemudian menuju ke aliran sungai, lalu berputar-putar ke beberapa ladang dengan berbagai jenis tanaman. Saya sungguh menikmati indahnya oagi seperti ini.
Suasana yang paling saya sukai ialah menikmati sinar mentari menyinari tanamann-tanaman serta berbincang ringan dengan petani.
Selama observasi itu, saya menemukan bahwa memang ada benarnya apa yang diceritakan Pak Dedi. Karung-karung pupuk pada lahan-lahan yang hendak diolah bertebaran dimana-mana. Saya tak ingin menyebut mereknya.
Tanah yang kasar meski air tergenang di dalamnya, bukit yang berubah menjadi ladang hingga hingga sungai yang merindukan fungsinya. Semua itu saya temukan dengan perasaan yang campur aduk.Â
Setelah puas, saya kembali dan menyantal makanan yang disediakan tuan rumah. Tentu dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan ke Pak Dedi.
Satu yang kemudian sedikit memberikan harapan ialah, petani sudah mulai memahami bahwa pemakaian pupuk yang berlebihan menjadi salah satu sebab tidak produktifnya tanah mereka. Sehingga langkah-langkah perubahan mulai berlahan dilakukan.