Pekerjaan itu diselesaikan dalam satu jam. Dan kami menghabiskan malam di depan rumah sembari bercengkrama dengan teman yang lain. Begitulah anak muda di desa menghabiskan jatah malam.Â
***
Dua hari Fahmi ke Ternate membawa biji pala dan fuli pala dengan mantap. Baru pada hari ketiga ia kembali lagi ke desa. Juga membawa barang belanjaan. Beras, mie, terigu dan keperluan konsumsi. Hasil penjualannya lumayan, cukup buat sebulan mengebulkan asap. Meski ada biaya yang harus dikeluarkan untuk pulang pergi membawa barang.Â
Tapi ada raut kecewa di wajahnya ketika saya menemuinya di pelabuhan speedboat. Kami berdua berjalan sembari memikul barang belanjaan ke rumahnya.
"Gimana, berhasil traktir Nona kenalan kamu nggak?"
"Berhasil sih, tapi...." ia terhenti. Tak mau melanjutkan.
"Tapi apa?"
"Dia ternyata sudah punya pacar."
"Alasannya itu saja?"
"Iya"
"Yaelah. hahaha," aku tertawa terpingkal-pingkal. Bukannya merasa iba, tetapi justru kelakuannya setiap menemui nona-nona kenalannya selalu berakhir tragis. Dan dengan pola yang sama. Ditolak berulang-ulang kali.