Baik ilmu hitam atau ilmu putih kadang menggunakan bahasa-bahasa daerah dalam setiap naskah atau kitab yang dipelajari.
Diantar posisi itu ada juga kelas tengah. Yakni mengobati mereka yang terkena serangan dari suanggi. Orang-orang ini selalu membantu mengobati setiap serangan yang dipercayai akibat ulah suanggi.
Dalam pengobatannya beberapa kali saya melihat. Pasien-pasien memuntahkan paku atau dibadan dicanut berbagai benda kiriman. Metodenya mulai dari menandikan hingga memakai ramuan-ramuan tujuh turunan. Tentu dengan doa-doa yang diketahui.
Masing-masing orang punya metode dan ilmu berbeda-beda. Tak jarang, jika ilmj hitam yang dikirimkan ke korban sangat kuat sementar yang mengobati tidak kuat maka pasien akan mengganti dengan orang lain yang lebih kuat. Tentu dengan informasi-informasi yang di terima.
Kadang juga bagi yang tidak mampu melwan ilmu suanggi harus berakhir dmsakit bahkan kematian.
Dilematisisasi KepercayaanÂ
Bagi saya terdapat sebuah dilema besar atas kepercayaan yang entah benar atau salah. Sebab kepercayaan ini telah mengakar sangat kuat. Terlampau begitu kuat.
Dilematisasi itu ialah adanya tuduhan dan tudingan yang selalu melekat pada beberapa sosok. Di mana sosok-sosok ini dengan sendiri di cap sebagai "suanggi".Â
Jika sudah begini, masyarakat selalu menujukan kewaspadaan berlebihan. Bahkan cenderung menjauhi dalam kehidupan sosial. Anak-anak, remaja, dewasa hingga tua.
Kondisi adanya label "suanggi" didasarkan atas pengalaman warga yang "katanya" melihat sendiri kelakuan dan perbuatan individu yang tertuduh.
Cerita melihat tersebut bakal menyebar kemana-mana. Bahkan sangat kuat dipercayai. Validitas semakin kuat jika yang melihat ialah dua sampai lebih orang.