Suanggi sendiri bermacam-macam wujudnya. Dari hewan, (babi, anjing, ular, cicak dll) sampai pada wujud manusia yang bisa terbang, atau semacam gendurowo. Hingga kadang hanya kepala yang terbang sembari bersiul.
Menurut kesaksian banyak warga semua wujud itu sering dilihat mereka dalam kehidupan. Dan mereka dapat membedakan wujud asli hewan dan wujud suanggi.
Dalam prakteknya, terdapat banyak cara. Suanggi atau orang-orang dengan ilmu hitam bisa mencelakai seseorang dengan bahasa di Maluku Utara ialah doti. Doti sendiri bisa berupa racun, santet, dan sejenis. Sementara metode lain ialah membunuh korban dengan tangan sendiri. Entah bagaimana cara mereka membunuh masih menjadi rahasia.
Menurut cerita kadang dicelakai dengan berwujud hewan. Dan ini biasanya terjadi di hutan. Misalnya diserudui babi dll. Di sisi lain bisa dibanting-banting hingga mati. Menariknya, korban yang dibanting-banting biasanya akan meninggal di rumah meski banyak yang percaya korban sudah mati terlebih dahulu dan dibangkitkan kembali.
Masyarakat di Timur masih kental soal mistisme suanggi. Sehingga tak jarang bahkan banyak masyarakat membekali diri agar terjauhkan dari aniayaya suanggi.Â
Benteng diri itu di Maluku Utara di sebut Pangpele badan, atau benteng yang melindungi badan dari santet dan kenakalan suanggi. Setiap daerah di timur penyebutannya berbeda-beda.Â
Pangpele badan adalah upaya agar mereka tidak menjadi korban suanggi. Atau bisa mempertahankan diri ketika diserang atau di santet.Â
Dibanyak cerita mereka bahkan bisa berkelahi dengan para suanggi tersebut. Sehingga ada orang-orang yang dijuluki kuat dan ditakuti suanggi.
Pangpele badan disebut ilmu putih. Ilmu yang digunakan baik-baik. Digunakan untuk melindungi diri. Tentu mereka belajar dengan cara yang berbeda dengan pengguna ilmu hitam.Â
Seseorang bisa mendapat label hebat dan tidak bakalan mampu diganggu.