Tantangan di reportase ialah investigas. Hingga tak jarang, konsep one day one artikel tak pernah tercapai. Investigasi hingga proses validasi primer kadang membutuhkan waktu. Sebuah kesulitan lebih lanjut ialah apakah mengangkat atau tidak mengangkat. Sementara harapan agar sebuah perkara diangkat terus menguat.
Ada begitu macam problem menggantui. Apalagi berkaitan dengan beberapa perkara semisal lingkungan dan kebijakan. Namun atas dasar kemanusian, hidup dan ekonomi, artikel tetap harus tertayang.
Kehidupan sosial bagi saya sangat menarik diangkat  sehingga kecenderungan artikel yang terproduksi banyak mengangkat sosok di manapun saya temui.
Belajar metode dan tantangan
Setahun belakangan menjadi sangat berat dalam memproduksi artikel. Kepergian orang tercinta menjadi asal muasal keterpurukan. Hingga tidak produktif menjadi sebuah keniscayaan.Â
Konten-konten di Kompasiana tak banyak terisis seiring pergantian bulan.Â
Belakangan saya mulai menemukan gairah untuk kembali produktif. Bahkan mulai sedikit mempelajari sebuah genre yakni Fiksi.Â
Itu dilakukan setelah buku yang sudah saya tulis namun belum dipublikasikan mendapat kritikan luar biasa. Kumpulan cerita dari artikel di Kompasiana ini saya kumpulkan satu persatu dan menjadi beberapa sub bab.Â
Kepercayaan diri yang tinggi rupanya tak berbuah manis. Buku yang saya banggakan isinya itu harus mendapat beberapa kali perombakan. Masalahnya adalah penerapan metode yang terutang didalamnya.
Dan saya adalah penganut tidak perlu memakai metode. Kepercayaan itu pada akhirnya luntur. Metode begitu sangat penting dalan semmuua kepenulisan.
Pada akhirnya, saya harus belajar lagi dari awal. Menemui beberapa rekan penulis bahkan sampai menuju Jawa Timur, tepatnya di Jember. Tentu semua perjalanan itu tidak sia-sia. Manfaat mulai terasa betapa metode adalah sebuah bab baru yang harus dihadirkan dalam hidup.