Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

KTT G20, Harapan Penguatan Industri Tambang Berkelanjutan

16 November 2022   15:56 Diperbarui: 17 November 2022   19:00 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerusakan lingkungan, hilangnya akses warga terhadap air dan pangan serta konflik lingkar tambang karena praktek ekstraksi nikel di Indonesia; di hulu, adalah harga tersebut. Praktek ekstraksi Nikel sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik justru tak ramah lingkungan. 

Di satu sisi, di hilir, inovasi dan kebijakan melahirkan produk-produk ramah lingkungan. Di Hulu awala dari komponen produk itu justru kontradiktif. Ruang hidup sosial dan lingkungan menjadi kritis lantaran pengelolaan yang tak ramah lingkungan.

Pun dengan tingkat kesejateraan masyarakat lingkar tambang; Tanah hilang, air keruh, dan CSAR yang tak adil. 

***

Harun; nama samaran, menatap dalam kondisi lingkungan yang kehilangan keindahan. Dari balik pepohonan, cukup buat menutupi keberadaan, ia melihat sejauh tangkapan mata memandang. 

Tanah-tanah tegerus. Hutan dan kayu terbabat habis. Alat-alat berat beroperasi; menggali dan mengangkut.  

Rumah-rumah permanen dan gedung terbangun di dalamnya. Tak nampak satu pohon pun tumbuh pada area pertambangan nikel di kawasan Halmahera ini. Lama melihat ia berujar " di sini dulu lahan milik warga. Saya juga punya kebun di sini,".

Tiga puluh menit rasanya dua tiga jam. Ketegangan agar tidak ketahuan adalah adrenalin tersensdiri. " ayo pulang," ajaknya.

Kami berlalu pergi. Hasrat karena rasa penasaran membawa kami ke sini. Ekslusifitas pertambangan sudah cukup tenar. Tak boleh masuk sembarangan membuat kami mengendap-ngendap.

Harun dulu punya tanah di sini. Namun ketika hendak masuk pertambangan, mereka terpaksa harus menjual tanah yang mengandung mineral alam tersebut. Melawan pun tak bisa. Mending dijual ketimbang berlahan terserobot dengan sendirinya.

Banyak juga kawan-kawannya harus berurusan dengan pihak berwajib karena menentang, melakukan gerakan perlawanan mempertahankan tanah milik mereka atau sekedar menuntut ganti rugi yang adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun