Ini digunakan untuk menangkal serangan dari ilmu hitam. Sehingga ada label " tak tersentuh" karena ilmu penangkalnya kuat. Bahkan mereka yang tak tersentuu bisa menyerang balik para tukang santet. Ngeri kan. Seperti perang Rusia Ukraina.
Nasihat agar punya ilmu pelindung umum terjadi di Timur. Baik orang di kota hingga orang di desa. Entah kenapa kepercayaan ini sangat kuat. Pelindung diri berupa doa-doa yang entah dibaca saja pusing ini banyak diamalkan. Mulai dari digunakan saat mandi, hingga dipraktekan saat di lingkungan sosial.
Anak muda banyak berburu ini. Berguru sana sini. Menemui orang-orang yang katanya punya kesaktian. Begitupun orang tua yang saling belajar menurunkan ilmu-ilmu penangkal.Â
Bagi anak muda, kegunaanya saat bergaul nanti utamanya dengan anak muda dari desa. Bahkan di lingkungan ilmiah seperti kampus pun tak pernah luput dari sasaran ini. Â Pun jika mereka ke desa. Ilmu ini alan dipakai hingga pulang nanti.
Banyak cerita di mana anak muda atau siapapun kategori umurnya ketika pulang dari desa dan sakir dihubungkan dengan "penganiyayan" atau santet. Bahkan ketika mereka meninggal label ini makin dan makin kuat. Desa dan orang-orangnya jadi sasaran. Jika sudah sakit, maka mereka harus berobat juga pada orang sakti. Tukang obat istilahnya.Â
Saya beberapa kali ke desa serinf mendapat teguran " kamu polos sekali,". Yang berarti tak punya pegangan apa-apa. Tak punya ilmu pelindung diri dari santet dan semacammya. Gampang di serang.
Ya walaupun saya sendiri tak pernah sepaham dan setuju. Walau saya yakin ilmu semacam ini memang ada. Tapi tetap ragu-ragu dan lebih kepada tidak yakin.
*
Kepercayaan masyarakat pada ilmu persantetan dan semacamnya memang menjadi perdebatan di Indonesia. Ada yang percaya ada pula yang tidak. Syirik adalah bahasa agama yang disandarkan.
Tetapi, di penjuru negeri ini, dibanyak kehidupan sosial baik di kota metropolitan hingga desa, kepercayaan ini masih melekat dalam diri setiap orang.Â
Kepercayaan turun temurun ini tak bisa dilepaskan begitu saja. Tak akan pernah hilang. Bahkan menjadi sebuah kepercayaan yang dalam perakteknya sudah jauh sebelum perdaban-perdaban mulai tumbuh.Â