" Boleh di ganggu?," izinku.
" Kenapa ya," Tanya ia penasaran. Raut wajahnya yang cantik seakan menutupi rasa penasarannya
"Saya, ingin wawancara," Ujarku
" Waduh.. wawancara apa, saya malu,' Jawabnya dengan raut wajah yang sedikit memerah.Â
Aku tak menampik itu, kami barusan melempar senyum yang membuat hati sedikit bergetar. Bola matanya putih bersih, seputih salju. Rambutnya yang sedikit kemerahan ia tutupi dengan sebuah handuk kecil yang masih nampak ujung rambutnya yang menjuntai.
" Tidak apa, aman kok," aku meyakinkan gadis jelita ini agar mau di interogasi.Â
Aku tau, Ia takut jikakalau salah berkomentar dan menampik masalah. Layaknya pedagang lain yang juga harus kubujuk susah payah.
Penjelasan sederhana yang saya berikan akhirnya memantik  keberaniannya untuk di wawancarai. Lewat ringannya obrolan sebagai pembuka, saya mendapatkan gambatan tentangnya.Â
Gadis manis ini  sudah dua tahun lulus bangku SMA ini berjualan dan menjajakan ikan beberapa pedagang lainnya. Dan, tak melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi lantaran alasan yang tak ingin disebutkannya.
 Saya memaklumi, toh tidak masuk dalam kebutuhan penelitian ku.Â
Kami terus mengobrol. Ia malu-malu menjelaskan setiap pertanyaan yangdiajukan. Â Sesekali dalam proses wawancara, ia melayani konsumen yang berbelanja. Ikan cakalang atau ikan lainnya yang dijual juga terlihat tinggal beberapa ekor.Â