Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lapangan Bolaku Dicuri Pembangunan

22 September 2021   22:44 Diperbarui: 24 September 2021   09:15 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Beberapa anak kecil berusia 5-7 tahun nampak memperebutkan sebuah bola di sebuah gang sempit. Gang berukuran satu mobil ini menjadi lapangan sepak bola bagi mereka.

Mereka nampak sangat bersemangat. Kaki-kaki telanjang mereka seakan menang beradu dengan kerasnya aspal jalan. Disepaknya bola itu dengan sangat mulus. Seperti sepakan para pemain eropa yang sering kita saksikan di televisi. Liga Inggris kalah menawannya dengan antraksi boca-boca cilik ini.

Berbekal gawang yang sederhana, yakni sepasang sendal sebagai tiang gawang, mereka beradu. Sesekali terhenti karena lalu-lalang kendaraan baik roda dua maupun empat. 

Setiap sore, mereka bermain. Tak mengenal cuaca. Hujan ataupun panas. Seperti sudah mendarah daging bahwa sepakbola bagi anak timur adalah permainan paling diminati.

Anak-anak ini saya temui di hampir setiap kelurahan yang terletak di jantung kota. Sudah sering saya saksikan mereka bermain di halaman-halaman perkantoran, aesjid, lahan pasar, hingga trotoar. Di mana ada sedikit ruang, di situlah mereka bermain.

Keceriaan mereka membuat saya mengenang masa kanak-kanak dulu. Di mana debu-debu tanah yang mengotori tubuh adalah hal biasa. 

Lapangan luas berumput atau pantai adalah lapangan favorit. Di kiri dan kanan, pertandingan ala anak-anak selalu bergulir. Suka-suka kita, mau bermain di lapangan mana. Tidak kesulitan, atau terusir dan terintintimidasi.

Layaknya anak-anak di sebuah kelurahan di Kota Ternate yang harus kehilangan lapangan bola karena pembangunan gelangan olahraga.

Walau bernama gelanggan olahraga dan yañg terbesar di kota ini, mereka tak punya hak bermain di situ. Jangankan hak, untuk menengok ke dalam lewat pagar besi yang tinggi itu, satpam-satpam berbadan kekar tak mengizinkan. 

Mereka dimarahai dan sesekali diusir dengan sadis agar menjauh. Sungguh sangat sakit hati anak-anak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun