Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sagu, Bahan Pangan yang Mulai Hilang

10 Februari 2021   10:37 Diperbarui: 10 Februari 2021   14:22 2174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tepung sagu basah(Shutterstock/Riana Ambarsari via kompas.com)

Sari sagu ini kemudian didiamkan selama seminggu atau lebih hingga tercipta tepung sagu basah.

Selain batang, daun sagu atau rumbia juga dimanfaatkan warga sebagai atap rumah. Orang Maluku Utara menyebutnya katu serta dibuat sapi lidih, dinding rumah kebun hingga tikar.

Baik sagu tumang maupun sagu putih, keduanya dapat bertahan hingga sebulan lebih. Ketahanan tepung sagu ini hanya perlu dijaga sirkulasi air dalam wadah. Kita harus rutin mengganti air seminggu sekali agar tidak rusak dan menimbulkan bau.

Tradisi mengolah sagu merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat. Praktik bahalo juga merupakan cerminan dari wujud masyarakat mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan pangan. 

Walaupun sebagai pangan lokal yang lekat dengan tradisi dan menjadi makanan ciri khas orang timur akan tetapi praktik bahalo sagu sudah mulai ditinggalkan. 

Kondisi ini menurut hemat saya, adalah konklusi dari gelombang perubahan yang pada akhirnya menyebabkan kearifan lokal menjadi terkikis. 

Praktik bahalo sagu yang mulai ditinggalkan disebabkan karena beberapa faktor, selain pergeseran konsumsi juga diakibatkan oleh hilangnya lahan tempat tumbuh pohon sagu. 

Apalagi, pohon sagu di Maluku Utara tidak dibudidayakan sehingga tumbuh kembangnya bergantung pada alam.

Menurut Srikandi (2018) revolusi hijau yang digalakan pemerintah menjadi tonggak pergeseran konsumsi dari sagu ke beras. Bahkan di tahun 2013 saja, menurut data Kementan RI presentase konsumsi beras lebih tinggi (68 persen) dibanding konsumsi sagu (6.8 persen) di Maluku Utara. Sementara di secara nasional pada tahun 2019, konsumsi beras mencapai 95 kg/perkapita/pertahun dan sagu hanya 0.4-0.5 kg/perkapita/pertahun.

Pergeseran konsumsi ini terlihat nyata di mana saat ini, makanan pokok masyarakat di timur ialah beras sementara sagu mulai ditinggalkan apalagi bagi generasi muda. Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan yang dihimpun dari Mongabay.com, pada tahun 2017 kebutuhan konsumsi perorang dalam setahun bisa mencapai 131.400 ton. 

Tentu pergeseran ini juga memberikan andil yang memengaruhi bisnis petani sagu di Maluku Utara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun