Hal unik dari percakapan singkat dengan penjual sagu lintas pulau ini ialah dalam memproduksi batang sagu menjadi tepung sagu, mereka masih menggunakan cara tradisional, Bahalo.
Saya sedikit terkejut lantaran sudah lama praktik pembuatan tepung sagu papeda dengan cara ini tak terdengar dan jarang ditemukan. Bahkan dalam beberapa kesempatan melakukan survei ekonomi desa, praktik mengolah tepung sagu sudah menggunakan mesin.
Lantas Apasih Bahalo Sagu itu?
Bahalo sagu merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat dalam mengelola pohon sagu menjadi tepung sagu. Praktik ini dilakukan turun temurun walau belakangan hanya ada beberapa desa yang masih setia menerapkan praktik ini.
Bahkan untuk mengingatkan kembali bagaimana kearifan lokal masyarakat mengolah pangan lokal; pohon sagu sebagai sumber makanan, pemerintah daerah harus melakukan festival agar menarik minat masyarakat dan pemerhati. (1)
Sebelum itu, perlu diketahui bahwa terdapat dua jenis bahan tepung sagu sebagai bahan dasar papeda, sagu lempeng, kue lamet; sagu dikukus daun pisang dengan sedikit campuran gula merah, hingga sinyole atau sagu sanggrai hingga boko-boko;sagu dimasak menggunakan bambu, yaitu dari batang pohon sagu yang disebut tumang.Â
Dan, sagu papeda putih yang terbuat dari singkong yang diparut, kemudian diperas menggunakan air lalu didiamkan semalaman atau lebih.
Ampas sisa dari parutan singkong ini juga tidak dibuang. Melanikan diolah menjadi berbagai jajajan seperti kue onde-onde; kue bulat berisi gula merah, lamet hingga sagu lempeng putih.
Kegiatan bahalo sagu dilaksanakan secara kekeluargaan; gotong royong. Tidak bisa dilakukan sendiri karena tahapannya yang kompleks dan membutuhkan banyak tenaga.
Pohon yang dipanen berusia sekira 10-15 tahun terlebih dulu akan ditebang dan dibiarkan sehari. Setelah itu, batang tersebut dibelah menjadi dua bagian lalu diserut menggunakan cangkul yang terbuat dari kayu atau bambu; Â ngogalo (2).
Setelah diurai kemudian dipindahkan ke penyaringan untuk diperas agar menghasilkan sari tepung sagu dengan alat yang terbuat dari papan kemudian ditampung di daun rumbia atau daun sagu membentuk lingkaran (bakul).Â