Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cinta, Anomali Pekerja Seks

21 Oktober 2020   21:21 Diperbarui: 21 Oktober 2020   21:33 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada setitik harap dari tubuh-tubuh yang tergadai. Cinta dan kehidupan normal".

Dunia prostitusi sudah hadir mengawal peradaban manusia. Sebuah masalah sosial yang paling tua bersanding dengan kemiskinan. 

Munculnya praktik prostitusi juga masih terus diselidiki. Penelitian terbaru mengungkapkan, prostitusi hadir 400 tahun lalu pada peradaban Mesir(1). Paktiknya sendiri sudah melewati peradaban-peradaban besar dengan segala metode yang dipakai (2). 

Gambaran tentang prostitusi di Indonesia bermula pada era kolonialisasi. Namun, tak banyak pula yang mengungkapkan bahwa jauh sebelum kolonialisasi, prostitusi sudah hadir.

Fantasi seks serasa begitu abadi dan tak mampu dihilangkan. Tubuh-tubuh perempuan menjadi komoditi tidak berharga namun paling dinikmati. Diperjualbelikan, diperbudak untuk tujuan tertentu; ekonomi hingga diplomasi.

Cerita mereka

Malam menjelang, pertanda aktivitas manusia mencapai titik klimaks. Psik dan tubuh butuh rehat. Kembali ke rumah; tempat ternyaman. Namun, tidak dengan Anti (20 tahun) dan kawan-kawan. Malam adalah waktu untuk bekerja. Menunggu tamu, menajakan tubuh.

Rok mini dan baju seksi melekat di badan mungilnya. Goresan lipstik di bibir mempercantik penampilan. Tak lupa, wajah diberi sedikit bedak agar nampak aduhai.

"Anti, ada tamu," teriak sang mami.

"Iya mi," Sahutnya

Ia melangkah keluar dari kamar. Menuju ke ruang depan penginapan. 

Pria yang dilayani kali ini berumur 45 tahun yang sudah setengah mabuk. Tanpa basa-basi, sang mami memberikan kunci kamar dan keduanya menuju kamar penginapan yang sederhana.

Perkenalan kata Anti, biasa terjalin di dalam kamar. Kadang sebelum adegan dimulai atau kadang setelah selesai. Ia sendiri tak lagi canggung seperti dulu. Ketika baru pertama melayani tamu.

"Kalau dulu masih canggung. Malu kalau telanjang. Kalau sekarang yang penting cepat selesai. Dapat uang," katanya.

Semua tamu punya ciri masing-masing. Yang paling rewel ialah tamu remaja. Sedangkan tamu yang sudah dewasa atau beristri biasanya langsung main tanpa perlu embel-embel atau penetrasi berlebihan.

"Kalau dapat tamu remaja haduh, ribet. Banyak maunya. Kita kan pengen cepat selesai. Biar dapat tamu lain. Banyak tamu banyak rejeki. Kadang mereka tak mau memakai pengaman,jadinya kita harus was-was juga."

Anti sendiri sudah banyak melayani tamu. Bahkan ia pernah dapat tamu kakek-kakek. Ia merasa iba, namun pekerjaan ini tak membutuhkan moral. Ia harus mengesampingkan itu semua. 

Selain itu, tak jarang ia melayani tamu dari kalangan para pejabat. Baik dari dalam maupun luar kota. 

"Biasanya kami dikontak pejabat tertentu. Kami tinggal ke hotel. Kalau full time berarti semalam penuh. Kalau part time, ya langsung pulang. Biasanya sih full time, selain berhubungan kami di ajak jalan-jalan, belanja dan lain-lain,".

Soal kepuasaan ia tak mempersoalkan, kadang ia menikmati kadang tidak sama sekali. Profesional ia junjung. Kadang ketika tamu tak puas, mereka langsung keluar tanpa basa-basi. Tetapi, jika para tamu puas, hubungan badan bisa berlangsung 2 kali dan kadang diberi tip.

Terkadang kekerasan juga diterima. Dipukul, ditendang, hingga dieksploitasi secara aneh ketika berhubungan.

Malam itu ia melayani 4 tamu. Kawan-kawan lainnya bahkan lebih. Ia dibayar 250 ribu. Dari 250, kemudian dibuka uang kamar 50 ribu dan milik mami 100 ribu. Hasil pertamu ia raup 150 ribu.

Pekerjaan ini sudah dilakoni selama empat tahun. Awalnya ia, hanyalah gadis biasa yang merantau mencari pekerjaan. Ia bukan dari keluarga berada.

Di perantauan,  ia berkenalan dengan salah satu kawan yang berasal dari daerah yang sama. Dari situ, ia diajak ke penginapan. Awalnya ia bersikukuh tak akan menjalani profesi menjijikan tersebut. Namun,tekanan ekonomi dan tuntutan gaya hidup, mau tak mau profesi tersebut di lakoni.

"orang tua sih tau saya kerja di kantor. Kalau mereka tau yang sesungguhnya, pasti tidak dianggap," ujarnya sambil mengungkapkan bahwa Profesi ini ia jaga agar tak ketahuan hingga suatu saat ia benar-benar tobat.

"Saya kalau ingat-ingat, dosa saya sudah banyak. Suatu saat saya mau tobat. Mau keluar. Semoga saja ada yang mau menerima," ujarnya.

Belakangan, ia sudah tak melayani tamu. Namun, bukan berarti ia tak terjebak pada dunia tersebut. Ia menjadi simpanan seorang pelaut. Menjalin kasih, setelah sang pelaut menebus "hutang" pada si mami.

"Doakan ya sebentar lagi nikah," itu harapanya ketika terakhit kali berkomunikasi.

*

Berprofesi sebagai pekerja seks sekaligus wanita simpanan, juga dirasakan oleh Desi (21). Ia bekerja sebagai pekerja seks sudah lebih lama dari Anti. Sejak ia ditinggal sang suami karena faktor selingkuh. 

Kekecewaan itu kemudian ia dirundung prahara pada diri. Ia saat itu menggangap diri tak lagi berharga. Anak hasil perkawinannya pun harus diberi makan. Alhasil, ia melacur, menjajakan tubuh pada pria hidung belang.

"Saya janda, Bang. Suami saya selingkuh tak lama setelah anak lahir. Nyari pekerjaan sulit dan cara cepat dapat uang ya dengan bekerja seperti ini," ujarnya

Sejauh itu pula, ia juga menjadi wanita simpanan. Mulai dari pegawai negeri sipil, kontraktor, pebisnis hingga yang terbaru seorang pejabat. Semua ia jalani atas dasar suka sama suka. Walaupun banyak diisi dengan kegiatan seks.

"Jadi wanita simpanan enak. Bisa dibelikan apa saja. Kalau minta ini itu dikasih. Kadang jalan-jalan keluar daerah."

Ia mengaku bingung dengan hubungan seperti itu. Pernah sekali ia memberikan hati begitu dalam pada seorang lelaki. Saking cintanya, lelaki tersebut membuatnya frustasi dan hampir bunuh diri. 

"Siapa coba yang tak mau. Dijanjikan nikah. Diterima apa adanya. Membangun hidup lebih baik. Tapi, selama ini justru hanya kebohongan belaka." 

Dari situ, ia tak mau lagi memberikan hati sepenuhnya. Tak mau memberikan cinta berlebihan. Walaupun ia sadar, ia wanita kotor, namun harapan selalu ada agar hidup lebih baik.

Beberapa kali keputusan untuk tidak lagi berprofesi sebagai PSK, hadir. Namun, selalu terbentur karena hutang puluhan juta di majikan. Banyak dari mereka yang keluar, harus menerima nasib. Dipukuli hingga babak belur oleh anak buah sang majikan.

"Dulu ada teman sampai lari keluar daerah. Tapi dikejar. Dihajar kemudian di kembalikan lagi ke sini." 

Ia pun lantas terantai dengan belenggu. Dari mana harus menebus harga puluhan juta tersebut. Toh melacurkan diri juga tak mampu dilunasi. Selain itu, kebanyakan lelaki memberikan harapan palsu bahwa mereka akan ditebus agar keluar dari bisnis tersebut. Namun semua akan selesai jika hasrat sudah terpuaskan.

*

Sementara Cici cukup beruntung. Gadis primadona ini berhasil dipersunting seorang lelaki setelah menjadi simpanan selama 2 tahun. Mereka sudah dikaruniai 3 anak. dua perempuan dan 1 lelaki.

Kehidupan prostitusi kemudian dibuang jauh-jauh. Ia dan suaminya kemudian berbisnis alat elektronik.

Keberuntungan Cici untuk keluar dari bisnis prostitusi juga tak mudah. Ia dan suaminya dihadapkan dengan berbagai kondisi. Kondisi diri sendiri dan kondisi lingkungan.

Cici berkenalan dengan sang suami di sebuah pub. Dari perkenalan itu, kemudian terjalin hubungan cinta. Cici yang berprofesi sebagai pekerja seks panggilan awalnya tak begitu serius. Toh ia beranggapan, hubungan seperti ini perihal seks. 

Ia pun tak pernah memikirkan akan menjalani kehidupan normal. Membangun keluarga maupun memiliki anak.

Keseriusan sang suami membuahkan hasil. Setelah 2 tahun, sang suami membayar lunas semua hutang-hutangnya. Ia bebas, dan pergi meninggalkan hiruk pikuk dunia malam.

Kehidupan sebagai manusia normal tak lantas berjalan begitu saja. Ia sebagai mantan PSK selalu mendapat stigma buruk. Bagi ia sendiri tidak masalah, tetapi psikologi tentu saja hinggap. Terutama pada ketiga anak-anaknya.  

" Anak-anak saya, sering bertanya mengenai masa lalu saya yang didengar oleh mereka di lingkungan luar. Di situ saya kesal. dan mencoba memberikan pemahaman."

Pernah suatu waktu, saat sedang ke mall ia bertemu langganannya ketika masih bekerja sebagai wanita penghibur. Sang langganan dengan sembrononya bertanya dengan remeh. "Tumben menikah, sudah tak esek-esek lagi?" ujar cici mengulang ucapan tersebut.

Ia terpukul. Apalagi, ia sedang bersama anak-anak. Kondisi itu sempat membuat ia hancur. Dan larut dalam kesedihan. Ia bahkan sering menghadirkan dosa-dosa di pikirannya. Tentang tubuhnya yang sudah digerayami banyak pria.

Beruntungnya sang suami begitu getol memberi dukungan dan motivasi. Pendekatan religius diterapkan. Bagi sang suami kata Cici, hidup di belakang adalah pelajaran. Hidup ke depan adalah tujuan. Semua manusia bukan orang suci, memperbaiki diri lebih mulia ketimbang larut dalam kesalahan.

*

Banyak dari narasumber yang berkawan dan saya temui "terpaksa" menjalani profesi sebagai PSK hadir dari berbagai latar belakang masalah berbeda-beda. Masalah ekonomi yang utama, masalah kekecewaan dari hubungan seperti kehilangan kesucian hingga perceraian. 

Masalah itu kemudian menyeret mereka ke dalam dunia prostitusi yang awalnya dikenal karena coba-coba. Namun, sangat cepat mendapatkan uang membuat mereka terjebak jauh lebih dalam. Dari keterjebakan itu lahir gaya hidup baru. Sehingga, gaya hidup ini kemudian harus terus di jaga agar tetap profesional dalam bekerja.

Keinginan untuk keluar pun selalu terlintas. Namun aturan dalam bisnis prostitusi begitu kompleks. Banyak pihak yang harus diyakinkan agar mau melepas aset penghasil rupiah mereka. 

Pada intinya, mereka adalah manusia-manusia yang lebih kuat hidupnya. Di tempa karena berbagai alasan yang tak rasional. Terima Kasih

*

Nb. Nama samaran

Artikel berikut : Siswa-siswi penjajal Seks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun