Ia melangkah keluar dari kamar. Menuju ke ruang depan penginapan.Â
Pria yang dilayani kali ini berumur 45 tahun yang sudah setengah mabuk. Tanpa basa-basi, sang mami memberikan kunci kamar dan keduanya menuju kamar penginapan yang sederhana.
Perkenalan kata Anti, biasa terjalin di dalam kamar. Kadang sebelum adegan dimulai atau kadang setelah selesai. Ia sendiri tak lagi canggung seperti dulu. Ketika baru pertama melayani tamu.
"Kalau dulu masih canggung. Malu kalau telanjang. Kalau sekarang yang penting cepat selesai. Dapat uang," katanya.
Semua tamu punya ciri masing-masing. Yang paling rewel ialah tamu remaja. Sedangkan tamu yang sudah dewasa atau beristri biasanya langsung main tanpa perlu embel-embel atau penetrasi berlebihan.
"Kalau dapat tamu remaja haduh, ribet. Banyak maunya. Kita kan pengen cepat selesai. Biar dapat tamu lain. Banyak tamu banyak rejeki. Kadang mereka tak mau memakai pengaman,jadinya kita harus was-was juga."
Anti sendiri sudah banyak melayani tamu. Bahkan ia pernah dapat tamu kakek-kakek. Ia merasa iba, namun pekerjaan ini tak membutuhkan moral. Ia harus mengesampingkan itu semua.Â
Selain itu, tak jarang ia melayani tamu dari kalangan para pejabat. Baik dari dalam maupun luar kota.Â
"Biasanya kami dikontak pejabat tertentu. Kami tinggal ke hotel. Kalau full time berarti semalam penuh. Kalau part time, ya langsung pulang. Biasanya sih full time, selain berhubungan kami di ajak jalan-jalan, belanja dan lain-lain,".
Soal kepuasaan ia tak mempersoalkan, kadang ia menikmati kadang tidak sama sekali. Profesional ia junjung. Kadang ketika tamu tak puas, mereka langsung keluar tanpa basa-basi. Tetapi, jika para tamu puas, hubungan badan bisa berlangsung 2 kali dan kadang diberi tip.
Terkadang kekerasan juga diterima. Dipukul, ditendang, hingga dieksploitasi secara aneh ketika berhubungan.