Pongki, Angki dan Rangga kemudian mengambil tempat di pojok. Pelayan yang sigap kemudian mencatat pesanan. Terhitung, 2 picers bir, 1 botol mansion, 5 bungkus rokok, dan cemilan sebagai permulaan.
Suasana room diskotik pun begitu riuh. Lantunan musik yang dimainkan Dj menghipnotis pengunjung berbagai umur. Asap-asap mengebul, gelas-gelas kian beradu, tooooos....satu persatu larut pada diri yang berbeda.
"Bos, butuh teman minum,? tanya wanita berumur sekira 45 tahun. "Iya mami, 3 orang," Sahut Pongki.
Dalam sekejap, sang mami kemudian mendatangkan 6 gadis. Ketiganya kemudian memilih di tengah remang-remang club. Sebuah proporsi kecantikan yang di pilih berdasarkan nalar.Â
Wanita yang di pilih sudah tau tugasnya. Masing-masing dari mereka kemudian bergelut dengan pasanganya. Kenalan, basa-basi, menuangkan minuman, membakar rokok bahkan berciuman.Â
Sepintas, semua di lakoni dengan gembira. Senyum lebar, suara aduhai, genit, manja dan bebas. Layaknya sepasang kekasih yang di mabuk cinta. Di balik itu semua, ada dua sisi yang bertarung. Satu tentang dirinya dan satu tentang orang lain yang berada pada dirinya.
"Ini baru perempuan, bersih,". Bisik Rangga kepada Pongki. Mereka begitu terkesima dengan lingkungan baru yang mereka hadapi.
Pukul 10.00 ketiganya kemudian menghilang. Satu persatu sang ladies menuntun menuju kamar masing-masing. Ternyata selain partner minum, mereka juga bisa di pakai berhubungan seks. Bisa dibilang ini merupakan satu paket dari transaksi.
Setelah sejam mereka kembali,dan ladies tadi tak lagi bersama. Mereka kembali lagi ke tempat yang disediakan. Dan siap menerima tamu berikutnya.
"Bagaimana,"?
"Pokoknya Jakarta terbaik, ini baru bilang dunia malam," Jawab satu diantaranya.Â