Kegiatan ini unik, masyarakat yang datang hanya perlu membawa liliwet, alat pencongkelan dari besi yang di buat masyarakat. Ukurannya tergantung si pemilik, ada yang pendek dan ada yang panjang.
Selain itu, ada tuga masing-masing. Biasanya yang lincah membela kelapa, sudah tau tugasnya. Ia akan membela kelapa hingga selesai. Sementara yang lain ialah felliwet setelah kelapa hasil belah sudah cukup untuk di kerjakan.
Pemilik hajatan harus sigap menyediakan permintaan para petani yang datang membantu. Seperti rokok dan menyediakan makan siang dan minum teh sore.Â
Kegiatan ini berjalan cukup meriah. Sesuatu yang saya sukai dari kegiatan ini ialah cerita-cerita lucu, humor dan saling ejek-ejekan. Tak kenal tua atau pun muda, semua melebur menjadi satu. Biasanya yang sering di ejek ialah yang belum nikah dan baru nikah alias rumah tangga muda.
Selain itu, adu skill juga menjadi pertunjukan yang menarik. Petani biasanya mengadu siapa yang paling cepat melakukan pemisahan daging dari cangkang kelapa. Ukurannya ialah jika karung masing-masing sudah penuh.
Petani yang sudah berpengalaman pastinya menang. Kecepatan dan efisiensi felliwet adalah ukuran. Semakin cepat semakin baik karena bisa selesai pada tengah hari.Â
Daging-daging kelapa yang sudah di pisahkan kemudian di isi ke karung kopra hingga penuh, lalu kemudian di angkut ke para-para. Petani umumnya sudah tau berapa kilo yang mereka hasilkan dari jumlah karung yang dipakai. Untuk 100 ton, biasanya 6.5 karung kopra, begitu seterusnya.
Setelah selesai, daging kelapa akan diasapi memakai batok-batok kelapa sisa hasil pembelahan. Biasanya dilakukan sehari setelah pembelahan.