Setelah dibuatkan kopi, ia bilang, "kamu tau tidak, kawanmu itu menipu kita. Menghilangkan kepercayaan yang sudah hampir 3 tahun ini saya berikan." Kawan yang dia maksud ialah salah satu kolega dari kami berlima
Saya mulai paham akar tujuan ia memanggil saya kesini. Maklum, selama setahun terakhir saya tidak melibatkan diri sama sekali dalam bisnis yang kami rintis karena urusan akademik. Setahun yang lalu, saya membuat pakta, tak bisa di ganggu dalam urusan apapun baik bisnis maupun yang berhubungan dengan pekerjan.
Kemarahan keloga bisnis saya sangat beralasan. Apalagi, kami sedang berada dalam masa tenggang melakukan belanja bahan. Alhasil, semua planing menjadi kacau. Bisnis terancam gagal.
Semua kemarahan di luapakan para kolega. Si kawan bahkan di cari untuk mengganti modal tersebut dan menanyakan apa maksud dan tujuan ia menyelewengkan separuh anggaran penting tersebut.
Klarifikasi kami dapatkan esok sorenya. Setelah drama semalaman yang membuat kami tak rehat sekalipun. Alasannya, ia membeli saham
Pikir kami ia main saham di Bursa Efek, namun lagi-lagi kami salah. Ia membeli saham pada aplikasi-aplikasi permainan saham di Internet. Lebih pada penjudian.Â
Apes, pikir kami. Kok bisa ia percaya begitu saja. Mengikuti hasrat pribadi dan menggadaikan tujuan besar yang kami bangun. Kata salah satu kolega, ia terjebak pada euforia kemegahan.
Malam harinya saya mendapat informasi dari salah satu keluarga yang menegaskan bahwa memang di daerah saya sana (Maluku Utara) sedang terobsesi dengan permainan yang di maknai masyarakat sebagai "saham".
Saya langsung teringat betapa masalah-masalah seperti cukup ter mainsed di masyarakat. Hal-hal seperti investasi bodong bahkan jauh lebih diminati ketimbang menginvestasikan uangnya ke jalur yang benar.
Pada tahun 2018 -2019 silam, kasus investasi bodong di Maluku Utara bahkan merugikan masyarakat mencapi Rp 2 triliun. Dalil yang di tawarkan ialah bunga yang tinggi. Artinya jika anda menanam modal 1 juta maka bunga yang dihasilkan sebesar 2-5 juta pada satu atau dua bulan setelahnya.
Investasi ini menarik minat hampir 70 persen masyarakat di Maluku Utara terutama PNS, anggota TNI, Polisi, pegawai honorer, dosen, politisi hingga lapisan masyarakat ekonomi rendah.