Alat khusus yang digunakan dalam memetik buah pala terbuat dari bambu yang rata-rata 6 meter. Di bagian ujungnya diikat dengan besi yang di bengokan. Besi yang sering digunakan ialah besi dari payung bekas.
Proses berikutnya ialah pembelahan. Tujuannya ialah memisahkan daging pala dengan biji pala. Pala yang sudah dikumpulkan kemudian dibelah menggunakan parang yang dilekatkan pada sela buah dan ditekan hingga keluar biji pala. Proses ini tidak bisa dianggap mudah, karena yang belum berpengalaman auto luka-luka.
Bagi yang sudah berpengalaman, mudah saja membela. Bahkan dalam semenit bisa 10-15 buah terbelah sedang saya yang kategori medium auto bengong.
Bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh belahan pala sunguh enak didengarkan. Semacam tercipta irama-irama yang tak perlu memakai konduktor, wkwkwk.Â
Kulit buah di desa kami belum di manfaatkan sehingga setelah pembelahan akan dibuang begitu saja. Walau terkadang ada anak-anak yang mengambil satu dua bagian untuk di jadikan manisan. Padahal, kulit buah juga merupakan bagian yang bernilai tinggi jika diolah.
Setelah pembelahan, pala kemudian dimasukan ke karung dan kami pun bergegas pulang. Biasanya petang. Biji pala yang sudah di bawah pulang kemudian di tuang ke baskom dan biasanya direndam oleh air. Di desa kami, air yang sering digunakan ialah air asin.Â
Menurut kepercayaan masyarakat air asin alias air laut bisa membuat berat biji pala dan fuli pala serta meningkatkan kualitas pala. Ya walaupun belum ada bukti ilmiah untuk ini tetapi semoga saja ada peneliti-peneliti yang tertarik.
Pemisahan kedua bagian ini menggunakan pisau atau terkadang warga menggunakan minyak tanah karena dapat langsung menghilangkan rekatan antar fune dan biji.