Lihat…
Tepat setelah lampu-lampu kota dimatikan…
Kau menyala sebagai satu-satunya kenangan yang paling terang
Disini,
Kedai kopi yang pernah kita singgahi
Aku pernah berimaji
Melukis asa
Menggores warna
Pada sebuah harapan panjang yang terhalang dinding kecemasan
Aku menuliskan kenangan di kanvas yang berlubang
Robek,
Tak bisa disatukan
Tepat setelah kaki-kaki dilangkahkan
Kau menyapa sebagai orang yang paling kurindukan
Disini,
Di bahu yang pernah kau sandari
Aku masih meratapi sepi
Menemui kenangan dan menjumpai kehilangan
Pada hamparan badai kekosongan
Aku menyairkan senyumu di senja yang tenggelam
Dan larut dalam pekatnya ampas kopi
Tunggu…
Berhentilah sejenak
Karena tepat setelah tempat ini di tinggalkan
Taman ini menyesak sebagai satu-satunya tempat yang paling berkenang
Suatu kisah yang mulai di jalankan
Beribu janji yang pernah dilantunkan
Dan manisnya kisah sebelum kehilangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H