Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Teori Belajar Behaviorisme B.F. Skinner Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

24 Maret 2024   00:56 Diperbarui: 24 Maret 2024   01:06 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LATAR BELAKANG

       Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan salah satu hal yang sangat signifikan bagi peserta didik. Hal ini karena disamping perannya amat strategis dalam rangka meningkatkan kognitif, afekti, psikomotorik dan spiritualitas siswa, juga karena dalam pendidikan Agama Kristen terdapat berbagai masalah yang kompleks. Bagi mereka yang terjun ke dunia seorang guru Pendidikan Agama Kristen tentu harus memiliki wawasan dan keterampilan yang cukup untuk mengajar dan menjadi guru di PAK sehingga mampu untuk mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan zaman.

       Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah untuk mengenal pribadi dan kasih Allah Tritunggal dan dapat mengajarkannya kepada jemaat. Menurut Amos Comenius, manusia harus diajar karena manusia telah diciptakan segambar dengan Allah. Jadi agar manusia tidak kehilangan kemuliaan Allah dan karena itu merampas kepunyaan Allah, maka semua orang harus diajar untuk tidak berbuat dosa, tidak berbuat salah dan tidak gagal pada panggilan yang tinggi yaitu "kemuliaan Allah."[1] Dalam penyelenggaraan Pendidikan Agama Kristen juga tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk membangun manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab (UUD No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS).[2]

       Secara Psikologi, pengetahuan tentang Pendidikan Agama Kristen sangat penting dalam kerohanian anak, hal ini disebabkan karena manusia memiliki perkembangan psikologi, maka itu Pendidikan Agama Kristen berperan aktif dalam mendidik pribadi siswa, seperti yang dikatakan oleh Donni Juni Priansa, bahwa manusia adalah sebagai makhluk "homo educantum" atau disebut dengan makhluk yang membutuhkan Pendidikan. Manusia yang membutuhkan Pendidikan ini dipandang sebagai manusia memiliki potensi yang bersifat laten sehingga membutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya, sehingga dia menjadi manusia yang seutuhnya.[3]. Pendidikan agama Kristen sebagai pendidikan formal berusaha membantu murid untuk mengembangkan fisik, mental, spiritual serta membantu manusia agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial. Pendidikan agama Kristen merupakan proses untuk mengubah tingkahlaku dan sikap seseorang atau kelompok untuk mendewasakan manusia ke dalam rohani dengan cara pelatihan dan pengajaran yang berlandasan Alkitab. 

       Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan agama Kristen adalah untuk manifestasi karya Allah itu sendiri pada diri siswa Sehingga dalam mencapai tujuan pendidikan agama Kristen, seorang pelaku pendidik harus memahami bahwa mewujudkan tujuan Pendidikan agama Kristen sama pentingnya dengan mengimplementasikan karakter ilahi. Dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan agama Kristen, seorang pengajar harus mengusahakan agar dapat tercipta keseimbangan dalam bidang keilmuwan, sebab tujuan PAK penekanannya lebih pada pendidikan jasmani, rohani, intelektual dan pendidikan moral.

      Untuk itu dalam penulisan karya ilmiah ini penulis hendak melihat peranan metode behaviorisme (yang menekankan pada tingkah laku) terhadap tujuan Pendidikan agama Kristen. Dimana ketika keempat dimensi ini terwujud maka diharapkan tujuan PAK akan mampu membawa peserta didik kearah perilaku yang lebih baik dan takut akan Tuhan.

METODE PENULISAN

      Dalam penulisan karya ilmiah ini, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif model kedua (Tekstual). Penelitian kepustakaan merupakan jenis penelitian kualitatif yang pada umumnya tidak terjun ke lapangan dalam pencarian sumber datanya. Penelitian kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam pencarian data, atau cara pengamatan (bentuk observasi) secara mendalam terhadap tema yang diteliti untuk menemukan jawaban sementara dari masalah yang ditemukan di awal sebelum penelitian ditindaklanjuti.

       Dengan kata lain Penulisan karya ilmiah ini, kepustakaan merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisi sumber data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan Penelitian kepustakaan. Dimana pendekatan kualitatif itu sendiri adalah pendekatan yang digunakan untuk mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alami.[4]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Behaviorisme B.F. Skinner dan pengertiannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun