Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Metode-Metode Ilmiah Dalam Sejarah Tafsiran Alkitab

23 Maret 2024   23:42 Diperbarui: 23 Maret 2024   23:57 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hermeneutik Abad pertengahan (1040-1105 M)

Hermeneutik Pra-Reformasi

       Pada abad pertengahan banyak dari bapak gereja masih mengacu pada bapa-bapa gereja yang terdahulu yakni Ambrose, Agustinus, Hilary dan Hieronimus. Hal ini disebabkan karena pengaruh gereja Roma Katolik saat itu. Gregorius Agung (540-604), Paus pertama dari gereja katolik Roma mendasarkan interpretasinya pada penafsiran alegorisasi. Venerable Bede (673-734), seorang teolog Anglo-Saxon, dia sangat mendukung pandangan Ambrose, Agustinus, Basil terhadap penafsiran alegorisasinya. Alcuin (735-804) dari York, Inggris, juga mengikuti metode alegorisasi. Dalam penjelasannya terhadap Injil Yohanes, ia mengikuti komentar-komentar dari Agustinus dan Ambrose. Rabanus Maurus yang adalah murid dari Alcuin, yang mengikuti alegorisasi Alcuin. Bernard dari Clairvaux (10901153), seorang Rahib besar menulis 86 khotbah dari dua pasal pertema kitab kidung Agung! Pendekatan dari kitab suci, ia menggunakan metode Alegorisasi dan mestikisme yang berlebihan. Masalnya gadis-gadis dalam kidung Agung 1:3 adalah malaikat, dan kedua  pedang yang disebut di dalam Lukas 22:38 adalah hal Rohani (Pendeta) dan hal Materi (raja).    Rashi (1040-1105) adalah seorang penganut tafsiran harfiah Yahudi abad pertengahan, yang mempunyai pengaruh besar terhadap interpretasi Yahudi dan Kristen karena penekanannya pada tata bahasa (gramatikal) dan sintaksis Ibrani. Dia banyak menafsirkan kitab suci kecuali kitab Ayub dan Tawarikh. Rashi menyatakan bahwa "makna harfiah harus tetap teguh apapun artinya bagi makna tradisionalnya[9] Ada tiga orang penulis di Abbey dari Saint Victor di Paris yang mengikuti Rashi dalam minatnya akan makna historis dan harfiah dari kitab suci. Pria ini bernama: 1) Hugo (1097-1141), Richard (1173) dan Andrew (1175) dikenal sebagai Viktorin, ketiga orang ini sangat menentang alegorisasi Hieronimus.  Thomas Aquinas (1225-1274) adalah teologi paling terkenal dari gereja Roma Katolik abad pertengahan, ia adalah juga adalah orang yang berpegang teguh pada metode penafsiran Historis, alegoris, tropologis dan anagogis. (Hlm 45). Nicholas dari Lyra (1279-1340) adalah seorang tokoh penting di abad pertengahan karena Nicholas menjadi jembatan antar kegelapan di reformasi. Ia dipengaruhi oleh Rashi yang memegang tafsiran harfiah.  John Wycliffe (1330-1384) adalah pembaharuan dan teolog menonjol, yang sangat menekankan otoritas kitab suci untuk doktrin dan kehidupan Kristen, oleh karena itu dia menolak otoritas tradisional Gereja Katolik. Wycliffe mengajukan beberapa aturan untuk interpretasi Alkitab. 1). Dapat ditulis yang dapat dipercaya. 2). Pahami logika Kitab suci 3). Bandingkan bagian-bagian kitab suci yang satu dengan bagian yang lain. 4). Pertahankan sikap pencarian yang rendah hati agar Roh Kudus dapat memimpin kita. Dengan menekankan interpretasi gramatikal dan historis dari Kitab suci, maka Wycliffe menulis bahwa segala sesuatu yang diperlukan di dalam kitab suci tercakup di dalam pengertian harfiah dan historisnya yang sesuai.[10]

Pasca-Reformasi

       Para Reformator membangun pada pendekatan harafiah dari aliran Antiokhia dan Viktoria. Ramm menyatakan, pada dasarnya Reformasi adalah Reformasi Hermeneutik, sebuah pendekatan kepada Alkitab. Renaissance yang dimulai pada abad ke-14 di Italia dan berlanjut sampai abad ke-17 adalah kebangkita minat pada tulisan-tulisan klasik, termasuk minat pada bahasa Ibrani dan Yunani.[11]  Martin Luther (1483-1548) menulis, "Ketika saya seorang Rahib, saya adalah seorang ahli alegori. Saya mengalegorisasikan Segala sesuatu. Tetapi setelah Luther mempelajari surat Roma Luther mendapat pengetahuan tentang Kristus. Sejak itulah Luther melihat bahwa Kristus bukanlah alegoris. Luther mengkritik alegoris terhadap kitab suci dengan kata-kata yang keras. "Alegoris adalah spekulasi kosong dan benar-benar sampah bagi kitab suci. Mengalegorisasi sama dengan mempermainkan kitab suci. Dengan menolak alegorisasi maka Luther menekankan pengertian harfiah (sensus Literasi) dari Alkitab. Philip Melanchthon (1497-1560), dia adalah kawan Luther, ia mengenal bahasa Ibrani dan Yunani yang baik. Meskipun. Melanchthon kadang-kadang dia melenceng kepada alegoris, secara umum namun dia tetap mengikuti metode gramatikal dan historis.

       John Calvin (1509-1564) disebut salah satu penafsiran Alkitab terhebat. Calvin juga menolok interpretasi alegoris. Calvin berkata interpretasi alegoris sebagai permainan yang konyol dan bahwa Origen dan banyak orang lainnya bermasalah karena "menyiksa kitab suci, dalam semua pengertian yang mungkin, tanpa mengerti yang sebenarnya. Calvin sama dengan Luther menekankan penafsiran gramatikal dan historis bukan eisegesis.

       Ulrich Zwingli (1484-1531) adalah seorang pemimpin reformasi di Zurich, ia memutuskan hubungannya dengan gereja Roma katolik. Zwingli menekankan pentingnya menginterpretasikan ayat-ayat Alkitab di dalam konteksnya masingmasing. William Tyndaleb(1494-1536) dia dikenal karena menerjemahkan PB ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1525. Tyndale juga menekankan pada makna harfiah Alkitab.[12] Francis Turretin (1623-1687). Turretin mengajarkan bahwa Alkitab tidak pernah salah dan mempunyai otoritas, Turretin menekankan bahwa pentingnya mengetahui tulisan aslinya. Johan Ernesti (1707-1781), ia menekankan pentingnya tata bahasa (Gramatikal) dalam memahami Alkitab dan Ernesti menolak alegorisasi, serta menekankan pendekatan harfiah kepada Alkitab.

Hermeneutik Modern

       Ada tiga elemen yang dapat dipikirkan dari abad ke-19, yaitu: Subjektifisme, Kritik Sejarah dan Karya Eksegesis. Dalam gerakan Subjektifisme ada dua nama yang terkenal yaitu: Friedrich D. E. Schleiermacher (1768-1834) dan Soren Kierkegaard (1813-1855). Subjektifisme adalah pandangan bahwa pengetahuan muncul dari pengalaman pribadi seseorang, atau kebaikan yang tertinggi adalah kesadaran akan pengalaman atau perasaan subjektif seseorang. Schleiermacher menolak otoritas Alkitab dan menekankan tempat perasaan dan kesadaran diri dalam agama. Hal ini di lakukan sebagai reaksinya terhadap rasionalisme. Tidak hanya itu Schleiermacher menekankan bahwa kekristenan sebaiknya dipandang sebagai agama emosi, bukan sebagai serangkaian dogma atau sebuah sistem moral. Kierkegaard, seorang filsuf yang berasal dari Denmark, dan dikenal sebagai "bapak eksistensialisme modern". Ia menolak kekristenan dengan rasionalisme formal dan paham pengakuan iman dan mengajarkan bahwa iman adalah sebuah pengalaman subjektif dimasa-masa kesengsaraan seseorang.

       Dalam berbagai aspek, abad ke-19, merupakan abad revolusione. Namun dengan perkembangan zaman, kekristenan menjadi penolakan bagi kaum intelektual. Alkitab tidak bisa lepas dari pengaruh kemajuan zaman. Para sarjana, khususnya yang mengajar di universitas di Jerman, berusaha mempelajari Alkitab melalui pendekatan objektif dan ilmiah. Sehingga lahir pendekatan yang disebut (the historical-critical method) "Metode Kritik Sejarah" metode ini mewarisi asumsi rasionalistik dari para leluhur intelektua abad ke-17. Metode kritik sejarah ini, memiliki worldview yaitu pendekatan wawasan. Metode kritik sejarah menganggap pengajaran Alkitab sebagai kebenaran yang dibatasi oleh waktu, bukan melampaui waktu. Oleh sebab itu para sarjana pada abad ini mereka memperlakukan Alkitab sebagai buku biasa yang tidak memiliki otoritas, mereka memperlakukan Alkitab sebagai buku-buku biasa, bukan sebagai wahyu dari Allah bagi umat manusia.  Benjamin Jowett (1817-1893). Ia mengatakan bahwa "Alkitab harus diinterpretasikan seperti semua buku lainnya" dan diperlukan pengetahuan tentang bahasa-bahasa aslinya. Namun bagi Jowett, ini berarti bahwa Alkitab tidak bersifat adikodrati karena Alkitab mempunyai serangkaian sumber-sumber, pedaktur, dan interpolator (penyisipan/penambahan yang rumit" sehingga Alkitab tidak jauh dari sastra lainnya 

       Ferdinand C. Baur (1792-1860), pendiri Mazhab Tubingen, ia berkata bahwa kekristenan berkembang secara perlahan dari agama Yahudi menjadi agama dunia. Karen di pengaruhi oleh filsafat tesis, antitesis dan sintesis Hegel. Baur berkata bahwa Petrus dan Paulus mengarahkan dua kelompok yang saling bertentangan tetapi pada akhirnya bersintesis dalam gereja universal katolik kuno. David F. Strauss (18081874). Pada abad ke-20 terdapat beberapa elemen interpretasi Alkitab yang sangat keliru. a). Leberalismen meneruskan sebagian sumber dari pendekatan rasionalistis dan kritik yang lebih tinggi dari abad ke-19. b). Ortodoks mengambil pendekatan Harfiah dan pendekatan devosi terhadap Alkitab. c). Neo-ortodoksi mengatakan bahwa Alkitab menjadi Firman Tuhan selalui perjumpaan eksistensi manusia. Neo-Ortodoks menyangkal bahwa Alkitab tidak pernah salah dan tidak mungkin salah. Artinya halhal yang bersifat spektakuler tidak dipercayai. d). Bultmennisme mengambil pendekatan mitologis terhadap Alkitab. Rudolf Bultmann (1884-1976), ia mengajarkan bahwa PB harus dipahami secara eksistensial dengan "demitologi" yaitu dengan menghilangkan unsur-unsur teologi "asing-nya, seperti mukjizat-mukjizat, termasuk di dalamnya mukjizat kebangkitan Yesus. e). Leberalisme menganggap kitab suci buatan manusia yang tidak mendapatkan inspirasi dan liberalisme mengajarkan bahwa unsurunsur adikodrati di dalam Alkitab dapat dijelaskan secara rasio. f). Fundamentalisme bereaksi keras terhadap liberalisme, dan memunculkan pendekatan harfiah terhadap Alkitab dan dianggap sebagai kitab adikodrati g). Injili memegang teguh pandangan ortodoks dari Alkitab, yang menekankan pada interpretasi gramatikal dan historis artinya mrk mengikuti alirah Mazhab dari Antiokhia, Kaum Viktorin dan para Reformator.[13]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun