Hermeneutik Qumran
    Salah satu cabang Yudaisme adalah Kaum Eseni yang berkembang di Qumran, sebuah tempat di pantai barat laut Mati sekitar 150 sM-68 M. Secara spesifik, komunitas ini mempraktikkan metode yang disebut Pesher. Para penafsiran dapat menerapkan metode atomisasi, membagi sebuah teks menjadi beberapa frasa, kemudian menafsirkan setiap frasa secara berbeda tanpa memperhatikan konteksnya
Hermeneutik Rabinik
    Berputar di Yerusalem dan Yudea, cabang Yudaisme ini menekankan ketaatan kepada Kitab Suci Ibrani, khususnya Taurat, ditengah-tengah tekanan yang meningkat untuk mengakomodasi budaya Greko-Romawi. Model pendekatan penafsiran dari Yudaisme Rabinik sangat kental nilai sastranya. Bentuk sastra tersebut terdiri dari dua jenis yaitu Halakah (peraturan atau hukum untuk diikuti). Haggadah (sebuah penyampaian cerita atau tafsiran Seluruh kita PL). Yudaisme Rabinik ini menghasilkan tiga karya Literatur yang utama.Â
    Mishnah berisi pengajaran-pengajaran lisan yang pernah disampaikan oleh rabi yang terkenal dari masa dua kompotitor yakni, Hillel dan Shammai ( abad 70 M). Diterbitkan sekitar 200 M. Mishna berisi banyak traktat individu yang dibagi menjadi enam topik
(Perjamuan, perempuan, benda-benda suci dsb) dan ini adalah tradisi lisanTalmud  bangsa Palestina dan Babel (400 M dan 600 M), secara mendasar memberikan penafsiran. Talmud ini mengutip sebagian Mishna, yang dilanjutkan dengan kutipan-kutipan dari para rabi dan bagian-bagian kitab suci. Talmud adalah untuk memberikan dukungan Biblical kepada penafsir-penafsir atas Mishna. Midrahsim (Ibr. Darao "mencari") menampilkan penafsiran atas kitab-kitab Biblical.[5]
Hermeneutik abad pertama Masehi
 Hemeneutik Yesus Kristus
    Dalam pengajaran kepada murid-murid-Nya Yesus banyak memberikan penafsiran kitab-kitab PL. {Lu 24:27,44 Joh 5:39 Lu 24:27,44} Dengan cara demikian Yesus telah membuka pikiran murid-murid-Nya untuk mengerti Firman Tuhan dengan benar. Ia sendiri adalah Firman yang menjadi Manusia (incarnasi), yang menjadi jembatan yang menghubungkan antara pikiran Allah dan pikiran manusia. Banyak catatan tentang teguran Yesus terhadap penafsiran para ahli Taurat Â
Hermeneutik Apostolik
    Para rasul, yang menjadi murid Yesus dan mendapatkan inspirasi dari Allah. Mereka adalah podoman kita dalam penulisa Alkitab PB yang menafsirkan kitab PL dengan inspirasi dari Allah. Allah menuntun mereka, sehingga baik dalam penulisan kitab PB maupun dalam interpretasi teks kitab suci, mereka menulis tanpa salah. Mereka menolak metode alegoris, dongeng dan tradisi-tradisi Yahudi serta menolak filsafat Yunani yang mendistorsikan kebenaran. Yesus Kristus dan murid-murid-Nya telah menggunakan cara interpretasi yang benar dalam ekspositori kitab suci.Â