Cobalah untuk sesekali memberikan celah atau ruang dalam pikiran untuk kita lebih memperhatikan kedalam diri kita dalam hidup ini dengan cara yang penuh perhatian. Hanya orang -- orang yang sadar memiliki kapasitas atau kemampuan untuk melihat kehidupannya secara objektif, yakni mereka lebih sadar dan tahu bagaimana cara mengecek kondisi emosinya, tidak terlalu keras memperlakukan diri sendiri, dan bahkan mampu membuat pilihan yang bijaksana bagaimana harus bersikap ketika hidup tidak bisa sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Apa yang menjadi milik kita akan tetap menjadi milik kita, dan apa yang bukan menjadi milik kita bagaimanapun kerasnya berusaha pun tetap tidak akan pernah menjadi milik kita. Belajarlah untuk menjadi lebih sadar dan penuh perhatian dimulai dengan perlahan -- lahan perhatikan apa yang sedang terjadi pada momen saat ini. Misalnya, ketika kita sedang mengunya permen karet, sadarlah bahwa kita sedang mengunyah permen karet, maka itulah yang namanya sadar.
Dengan adanya kesadaran ini, kita akan menjadi lebih berhati -- hati ketika sedang mengunyah agar kita bisa terhindar dari keadaan tersendak atau tertelan permen karet. Senantiasa menjadi sadar terhadap apa yang sedang kita pikirkan, katakan atau lakukan pada saat ini. Bila perlu, kita bisa mempertanyakan hati kita mengenai apa yang sedang kita pikirkan, katakan, atau lakukan pada saat ini, misalnya : Apakah aku sedang menulis? Apakah aku sedang berbicara, dan lain sebagainya, maka dengan pengingat ini bisa menjadi lebih sadar pada saat ini, sehingga pada saat kita sadar, kita lebih menanyakan ke dalam hati kita : Apakah hal yang paling penting dalam hidupku saat ini?
Dengan adanya kesadaran penuh ini kita akan menjadi lebih berhati -- hati dan waspada setiap saat, sehingga kita pun bisa terhindar dan terelakkan dari berbagai kejahatan. Kali ini saya akan memberikan sebuah contoh langsung mengenai sebuah kerugian yang telah dialami oleh teman saya sendiri karena telah mentransfer sejumlah nominal uang kepada salah sebuah akun yang mengatasnamakan temannya.
Menurutnya, alasan yang diberikan oleh temannya itu begitu meyakinkan sehingga ia pun percaya dan segera mentransfer begitu saja sejumlah uang ke akun finansial yang digunakan oleh temannya. Setelahnya ia baru menyadari bahwa ketika akun tersebut berganti nama bukan atas nama temannya lagi, ia telah terlambat bahkan untuk menuntut ganti rugi pun ia sudah tak mampu.
Dalam hal ini, andaikan saja ia lebih sadar dan perhatian penuh terhadap orang yang mengaku sebagai temannya yang meminta sejumlah transferan, pastinya ia akan lebih mengetahui apa yang harus ia lakukan, mengingat kembali bahwa apakah temannya pernah meminta pertolongan kepadanya sebelum ini dengan cara meminta transferan kepadanya, lalu mengecek kembali akun yang mengatasnamakan temannya yang memintanya untuk mentransfer uang tersebut dengan lebih seksama tentunya ia tidak akan serta merta begitu saja mentransfer uang tersebut.
Setidaknya ketika ia sadar, ia hendaknya berpikir terlebih dahulu apakah benar itu temannya? Apakah temannya pernah meminta tolong dengan cara chatting seperti itu? Lalu, sebelum melakukan transferan, hendaknya ia bisa terpikirkan untuk menelepon temannya terlebih dahulu guna menanyakan temannya untuk meyakini hal tersebut. Dengan demikian, ia tidak akan mudah terpengaruh oleh pesan yang mengatasnamakan temannya yang meminta tolong untuk melakukan sejumlah transferan.
Sekali lagi, perhatian yang merupakan landasan atas kesadaran penuh ini sangatlah dibutuhkan dalam kehidupan sehari -- hari, karena ia merupakan poros terpenting dalam penentu segala hal. Bawalah perhatian kita ke momen saat ini, terima dan kenalilah segala keadaan pikiran, emosi dan terhadap apa yang kita rasakan. Tanpa adanya kesadaran penuh ini, kita akan kehilangan proses yang membawa perhatian kita terhadap pengalaman -- pengalaman atas keadaan tertentu, baik itu pengalaman indrawi, maupun pengalaman fokus perhatian akan hal -- hal yang sedang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Tanpa adanya kesadaran penuh, keyakinan serta kekuatan atas pengendalian diri pun menjadi tidak akan ada manfaatnya, karena dengan hanya memiliki keyakinan, kita bisa dengan mudah terpengaruh dan percaya begitu saja terhadap segala tipu muslihat, lalu setelah percaya, tanpa adanya perhatian atau kesadaran secara penuh, kita akan menjadi lengah dan kehilangan kekuatan atas pengendalian diri yang akhirnya menyebabkan diri kita kehilangan kesadaran dan melakukan hal -- hal diluar nalar tanpa kita sadari.
4. KONSENTRASI (STILLNESS)
Konsentrasi merupakan kondisi lanjutan dari keadaan penuh perhatian atau penuh kesadaran, di mana kondisi pikiran hening dan terhenti, dengan kata lain, ketenangan pikiran. Dalam hal konsentrasi, kita diharapkan untuk dapat menenangkan pikiran dan tidak mengamati apapun, dengan begini kita akan lebih bisa fokus, penuh kesadaran dan berada pada saat ini.
Dengan menggunakan analogi televisi, konsentrasi yang merupakan landasan atas ketenangan batin merupakan remote-nya yang dapat kita gunakan untuk mematikan layar beberapa saat guna meregangkan tubuh untuk rileks atau santai sejenak. Dengan ini, kita dapat memberikan akses atas pikiran kita sendiri untuk mengendalikan kehendak kita. Lagi, dengan konsentrasi penuh atau ketenangan pikiran, kita dapat secara aktif mengendalikan keadaan pikiran kita dengan mengamatinya secara pasif, apakah kita memiliki kendali penuh atas pikiran kita sendiri atau justru malah kehilangan kendali akan pikiran tersebut. Dengan kata lain dalam melakukan suatu hal, konsentrasi ini sangat dibutuhkan untuk memimpin diri kita agar tidak kehilangan kesadaran ataupun pandangan/pengertian yang salah dalam mengambil sebuah tindakan.