Mohon tunggu...
L. J. Literary Works©
L. J. Literary Works© Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Novelist

To Inspire, To Motivate and To Explore

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lima Fakultas Kehidupan (Five Faculties of Life)

17 Juni 2022   19:33 Diperbarui: 17 Juni 2022   19:47 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal keyakinan, ada dua aspek penting yang harus kita ketahui, bahwa dalam memiliki suatu keyakinan, kita tidak boleh terlalu meninggikan keyakinan itu, namun juga tidak boleh terlalu menurunkan level keyakinan tersebut. Ada kalanya, ketika keyakinan kita terhadap suatu hal terlalu tinggi dan dikuasai olehnya, kemudian terjadi hal -- hal yang tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan harapan kita, seketika itu pula kita akan merasa kehilangan harapan, kecewa dan merasakan sakit hati yang teramat sangat bahkan tidak sedikit yang menjadi gila dan depresi. 

Terlalu meremehkan atau tidak meyakini sesuatu juga tidak baik, karena terkadang tanpa adanya keyakinan, ketika ada seseorang yang hendak menyampaikan suatu kebenaran, kita akan cenderung menghakimi, bahkan kita bisa menyalahkan orang yang tidak bersalah tersebut, memfitnah dan akhirnya malah akan melukai perasaan orang yang berniat baik kepada kita.

      2. KEKUATAN (ENERGY)

               Kekuatan merupakan fakultas kedua yang harus kita pegang erat dalam diri kita. Bukan kekuatan fisik yang akan kita bahas dalam hal ini, namun ada suatu kekuatan (energi) dalam diri kita yang terkadang mendorong kuat nafsu keinginan kita untuk melakukan suatu hal yang tidak sejalan dengan nalar atau akal sehat kita. Sebagai manusia yang memiliki akal, kita bisa saja memiliki kekuatan yang merupakan landasan kemampuan bagi seseorang untuk bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Akan tetapi, masih banyak juga dari kita yang jarang memiliki prinsip batin yang harusnya bisa menjadi landasan kekuatan atas pengendalian diri. 

Apabila kita bisa memiliki kekuatan atas pengendalian diri untuk bisa memilah atau mengeksekusi mana yang seharusnya kita lakukan atau tidak, tentu saja keyakinan yang kita punya pun menjadi bisa lebih terkendali, dan kita bisa menjadi lebih cerdas emosi dan mengetahui dengan jelas mana yang harus kita yakini atau tidak harus kita yakini. Dengan adanya pengendalian diri, kita juga akan lebih mampu untuk mengolah informasi -- informasi yang kita peroleh dari luar sehingga kita tidak akan dengan mudahnya terpengaruh oleh bujukan atau rayuan yang kapan saja datang dari luar.

Sebagai contoh, katakanlah ketika bertemu dengan seseorang yang berusaha untuk menipu kita, lantas karena keahliannya dalam memutarbalikkan fakta atau mengucapkan beribu kata rayuan untuk mengelabui kita, akhirnya kita pun menjadi goyah dan terlena dengan ajakannya hingga pada akhirnya dengan kekuatan semangat yang menggebu -- gebu kita bisa saja langsung mengajak teman -- teman sosialita kita yang lainnya untuk menginvestasikan atau mentransfer sejumlah nominal yang telah disebutkan oleh si pembujuk demi meraih keuntungan seperti yang dijanjikan adanya. Dari contoh ini, kita bisa melihat bahwa tanpa adanya pengendalian diri yang kuat, sering kali kita akan kehilangan akal sehat dan cenderung mengikuti hawa nafsu keinginan kita yang akhirnya malah membawa kemalangan atau malapetaka kepada diri kita sendiri. Ketika kita tidak meningkatkan penguatan atas pengendalian diri untuk mengeksekusi mana yang harus kita yakini dan tidak, maka kita tidak akan mampu lagi untuk menyelaraskan ucapan dan pikiran kita.

Seperti yang kita ketahui, beberapa akibat yang mungkin saja terjadi jika kita tidak memiliki kekuatan atas pengendalian diri, kita akan menjadi kehilangan kesadaran untuk melakukan hal -- hal di luar nalar yang berujung pada kesialan yang akan menimbulkan kerugian ataupun kekeliruan akan suatu pemahaman yang bersifat abstrak atau tidak benar adanya. Untuk mengatasi hal ini, kita memerlukan peranan akal yang kuat selain prinsip penguasaan sebagai wujud pengendalian diri dalam mengeliminasi hal yang tidak sesuai dengan keyakinan kita. 

Dengan adanya kekuatan atas pengendalian diri, kita bisa senantiasa menjadi orang yang sadar dalam berucap maupun dalam melakukan segala tindakan agar bisa menghasilkan perilaku yang tidak akan merugikan orang lain ataupun merugikan diri sendiri, sehingga diri sendiri pun bisa terbebas dari kejahatan -- kejahatan atau ancaman -- ancaman yang datang dari luar. Sekali lagi, belajarlah untuk meningkatkan kesadaran dan pengendalian diri yang kuat agar kita tidak mudah terprovokasi ataupun terpancing untuk mengikuti hawa nafsu keinginan kita dalam melakukan segala sesuatu hal yang akhirnya malah dapat merugikan diri kita sendiri.

        3. PERHATIAN (MINDFULNESS)

Perhatian merupakan keadaan atau kondisi di mana kita harus menjadi lebih sadar. Perhatian di sini merupakan faktor terpenting yang merupakan penengah atau penyeimbang terhadap lima fakultas yang harus kita miliki dalam diri kita selain keyakinan atas kepercayaan maupun kekuatan atas pengendalian diri yang telah disebutkan di atas. Tanpa adanya perhatian, kita tidak akan mampu mengetahui bahkan mengingat apa yang sedang kita lakukan. Menyadari apa yang sedang kita pikirkan, katakan, atau kita lakukan. 

Kedengarannya mudah, karena kita sering kali merasa bahwa ini toh adalah pikiran kita sendiri, tanpa kita sadari bahwa justru terkadang ini merupakan hal yang jarang kali kita bisa sadari. Lantas karena ketika kita lengah dan hilang kesadaran, kita tidak tahu apa yang sedang kita pikirkan, kita menjadi kehilangan kendali atas segala sesuatu yang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Kerapkali kita hanya memikirkan tentang apa yang selanjutnya harus kulakukan, apa yang terakhir kulakukan, dan hal terburuk apa yang telah kulakukan, tanpa pernah kita menjadi lebih sadar untuk menempatkan diri kita pada momen saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun