Anggrek hitam memiliki beberapa mekanisme adaptasi terhadap iklim tropis yang lembap. Salah satu adaptasi utama adalah struktur batangnya yang memiliki umbi semu, berfungsi sebagai penyimpan air untuk bertahan dalam kondisi kering atau kekurangan air sementara. Selain itu, anggrek hitam juga memiliki akar tinggal (rhizome) yang membantu tanaman saling terhubung dan mempertahankan kelembapan. Daun dan labellum yang mampu menyerap kelembapan dari udara merupakan adaptasi lain untuk mengoptimalkan penyerapan air pada lingkungan yang lembap.
Namun, perubahan iklim yang signifikan dapat mengganggu adaptasi ini. Peningkatan suhu dan penurunan kelembapan udara akan menekan kemampuan anggrek hitam untuk mempertahankan kelembapan, terutama di luar musim hujan. Ketahanan anggrek hitam terhadap cekaman kekeringan menjadi perhatian penting dalam penelitian-penelitian terbaru untuk memahami daya adaptasinya.
Upaya Pelestarian dan Perbanyakan Melalui Kultur Jaringan
Upaya perbanyakan anggrek hitam telah menjadi fokus penelitian dalam rangka pelestarian dan mencegah kepunahannya. Salah satu penelitian oleh Lestari dan Deswiniyanti (2015) mempelajari metode perbanyakan anggrek hitam secara in vitro menggunakan media Vacin Went (VW) dan media organik. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua media ini mampu memicu pertumbuhan eksplan anggrek hitam pada minggu ke-5. Media VW memberikan hasil lebih optimal dengan rata-rata 235,55 eksplan dibandingkan media organik yang hanya menghasilkan 191 eksplan pada minggu yang sama. Pada minggu ke-16, VW menghasilkan 308,85 eksplan sedangkan media organik mencapai 256,65 eksplan. Kultur jaringan lain yang dilakukan oleh Serliana et al. (2017) juga menunjukkan bahwa penambahan ekstrak tomat (Solanum lycopersicum L.) dan zat pengatur tumbuh Benzyl Amino Purine (BAP) dapat meningkatkan keberhasilan pertumbuhan anggrek hitam secara in vitro.
upaya konservasi dan tantangan pelestarian Anggrek Hitam
Populasi anggrek hitam terus mengalami penurunan setiap tahunnya akibat faktor alam dan aktivitas manusia yang merambah kawasan hutan serta eksploitasi anggrek secara besar-besaran. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan untuk melestarikan anggrek hitam agar keberadaannya tetap terjaga. Konservasi secara ex situ, yaitu pelestarian di luar habitat aslinya, telah menjadi salah satu pendekatan utama. Pembibitan anggrek hitam melalui teknik in vitro menjadi langkah penting dalam pelestarian ex situ, meskipun diperlukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang menyerupai habitat aslinya, termasuk suhu dan kelembapan yang tinggi. Modifikasi lingkungan mikro, terutama untuk mengatasi cekaman kekeringan, diperlukan agar anggrek dapat tumbuh optimal di luar habitat aslinya yang beriklim hutan hujan tropis.
Kabupaten Kutai Barat merupakan salah satu wilayah yang menerapkan perlindungan hukum terhadap tumbuhan anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lind.) sesuai ketentuan undang-undang. Eksploitasi dan perdagangan anggrek hitam di wilayah ini melanggar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, khususnya Pasal 21 ayat (1) huruf (a) dan (b) yang melarang segala bentuk pengambilan, perusakan, pengangkutan, dan perdagangan tumbuhan yang dilindungi, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Penelitian ini berjenis yuridis empiris dan bertujuan untuk mengkaji upaya perlindungan serta pelestarian yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Timur (Sumual dan Rawindra, 2011).
Selain itu, cekaman kekeringan menjadi tantangan utama dalam budidaya anggrek di luar habitat aslinya, karena dapat memengaruhi semua tahap pertumbuhan, mulai dari perkecambahan, pemanjangan tunas dan akar, hingga pembungaan.
Potensi Adanya Dampak Seperti Perubahan Lingkungan Habitat, Penurunan Keanekaragaman Hayati, Dan Risiko Kepunahan
Perubahan iklim yang terjadi di Kalimantan dan Papua dapat berdampak signifikan terhadap habitat alami anggrek hitam (Coelogyne pandurata) dan keberlangsungan hidup spesies ini. Perubahan lingkungan, seperti peningkatan suhu yang tidak terkendali, perubahan pola curah hujan, serta kerusakan habitat, dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan tempat anggrek hitam tumbuh dan berkembang. Ini dapat berisiko pada habitat yang semakin menyempit, yang pada gilirannya mengancam kelangsungan hidup tanaman tersebut.
Perubahan Lingkungan dan Habitat Anggrek Hitam