Mohon tunggu...
Odi Shalahuddin
Odi Shalahuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Pegiat hak-hak anak dan pengarsip seni-budaya

Bergiat dalam kegiatan sosial sejak 1984, dan sejak tahun 1994 fokus pada isu anak. Lima tahun terakhir, menempatkan diri sebagai pengepul untuk dokumentasi/arsip pemberitaan media tentang seni-budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinamika Teater di Bogor Tahun 1950-1980-an, Sekadar Catatan (I)

25 Januari 2019   00:03 Diperbarui: 25 Januari 2019   00:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mempercepat proses pencarian arsip. Melalui M. Ryana Veta, pada akhir 2016, sempat diantar ke rumah Adenan Taufiq (meninggal pada 8 Januari 2019), seorang pelukis dan budayawan Bogor yang banyak terlibat dalam kegiatan teater terutama di bagian artistiknya. 

Diantar pula untuk menjumpai Eman Sulaeman, yang sayangnya tidak sempat bertemu. Rencana untuk mengantar ke beberapa tokoh teater atau seniman Bogor lainnya tidak dapat terlaksana karena ia menderita sakit, dan saat menjenguknya di tanggal 15 September 2016 merupakan pertemuan terakhir saya dengan dirinya tanpa dialog hanya dengan tatapan mata, dan sepulang menjenguk, belum sampai ke rumah, saya mendengar kabar dirinya meninggal dunia. 

Rencana untuk menemani bertemu dengan Ali Audah tidak terlaksana, hingga terdengar kabar Ali Audah meninggal dunia pada 20 Juni 2017. Informasi lain didapatkan dari Sri Mukartini, yang aktif dalam dunia kesenian di kota Bogor pada tahun 1960-1970-an, Dewi Panji, Im Kharamah dan FX Puniman. 

Narasumber yang menurut saya penting untuk digali informasinya mengenai teater dan kesenian di Bogor adalah Taufiq Ismail dan Eman Sulaeman, yang harapan saya berkesempatan untuk berjumpa dan mewawancarainya.

Pada penyusunan tulisan ini, maka saya mengacu kepada arsip-arsip pemberitaan media Jakarta/nasional, dan dilengkapi informasi-informasi dari berbagai perbincangan yang berlangsung dengan narasumber yang disebutkan di atas. 

Sebagai catatan, dalam tulisan ini lebih banyak menggunakan istilah teater, walaupun pada setiap periode menggunakan nama yang berbeda-beda, seperti di tahun 1950-an lebih disebut sebagai sandiwara dan pada tahun 1970-an disebut dengan drama.

Periode 1950-an
Berdasarkan catatan tertulis, kehadiran teater modern di kota Bogor dimulai sejak tahun 1952, ditandai dengan berdirinya Organisasi Keluarga Pencinta Seni Tunas Muda pada 1 September. 

Catatan Boen S Oemarjati, organisasi yang kemudian berganti nama dan lebih dikenal sebagai Teater Nasional melakukan pementasannya yang pertama justru di tahun 1956 dengan lakon "Sajang Ada Orang Lain" karya Utuy Tatang Sontani. 

Teater Nasional ini dipimpin oleh Achdjad Hamzah. Namun berdasarkan catatan dari Endang Achmadi, "Perkembangan Sandiwara di Bogor" (Aneka, edisi 10 Tahun ke VI, 1 Juni 1955), tanpa menyebutkan waktu secara tepat, ia mencatat pada periode 1950-1952 telah berlangsung tiga pementasan, yakni: "Kembodja" dan "Quo Vadis" oleh SMA Negeri dan "Gadjah Mada" oleh SGA Negeri.

Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa awal kelahiran teater modern di kota Bogor ini telah dimulai sejak tahun 1950. Dan kelompok-kelompok teater yang dominan pada masa 1950-an adalah dari kalangan pelajar, baik yang berbasis sekolah ataupun himpunan pelajar dari berbagai sekolah. 

Ini berbeda dengan misalnya Yogyakarta dan Jakarta yang para pegiatnya berasal dari kalangan mahasiswa, yang tampaknya terkait dengan keberadaan sekolah drama/teater di kedua kota tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun