Sekitar dua puluh menit, di adegan terakhir, ia bermonolog memberikan kesaksian, melakukan gugatan-gugatan atas stigma yang dialaminya dan rasa dan pikir kita rasanya seperti diayun-ayun dan dimainkan secara lembut, diputar-putar, kadang berganti arah secara kasar. Monolog ini rasanya, seperti gugatan Cak Nun terhadap keadaan bangsa dan negara ini.
Adegan Kizano, kaum muda zaman now memang memberi penyegaran dalam pentas ini. Sayang, kadang gerak-geraknya yang beberapa kali diulang terlalu berlebihan. Kelompok bertopeng, masih sedikit berantakan kekompakannya. Musik dan tata lampu sangat mendukung pementasan ini. Musik yang dikreasi oleh Azied Dewa, SP Joko, Doni dan Widi, terasa menyatu dengan adegan demi adegan yang berlangsung. Tata lampu cukup ciamik dimainkan oleh Wardono.
Nah, pementasan "Sengkuni 2019" akan dimulai pada malam ini, 12 Januari 2019 dan esok, 13 Januari 2019. Seminggu sebelum pementasan, seluruh tiket telah terjual habis. Gladi Resik menjadi ruang bagi yang tidak berkesempatan mendapatkan tiket.
Pada pementasan sesungguhnya, tentulah hasilnya pasti bisa lebih baik. Maka, ayo jangan lewatkan. Saya tengah bersiap nih untuk bergerak ke Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Rencana pementasan akan dimulai pada pukul 19.30
Yogyakarta, 12 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H