"Yun, please, jangan berpura-pura tegar. Aku tahu, kamu pasti bergetar setengah mati saat di angkot. Tanganmu juga masih tremor waktu masuk kelas. Kamu tahu gak, kakimu jalannya mleyot. Astaga... kamu masih sempat mendongeng buat Tata dan Kia."
"Kamu pikir ceritaku bohong?"Â
"Bukan begitu. Maksudku, jika Tata dan Kia menganggapmu sahabat, pasti mereka memperlakukanmu lebih dari menjawab 'oh, terus, begitu ya' setidaknya ada pelukan hangat atau elusan untuk mengusap punggung tanganmu."
Aku terkesima dengan perkataan Denis. Tapi geli rasanya di dalam perutku yang keroncongan. Aku tertawa sejenak, "Kamu belajar kata-kata itu dari mana?"
"Dari apa yang terjadi padamu hari ini."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H