Kubelai rambut Shania. Kuelus pipinya. Jasadnya masih saja cantik dan mempesona. Kurenggangkan lagi katup bibirnya. Kucium lalu kurasakan ringan sekujur tubuhku. Kini kubiarkan mulutku memagut mulutnya sampai benar-benar terlumat seluruh rohku kedalam raganya.Â
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri sampai kurasakan Sabila menepuk-nepuk pipiku. Pandanganku sedikit gelap dan kabur. Namun makin lama, aku bisa menguasai tubuhku. Jasad ini terasa begitu hangat kurasakan, begitu nyaman kini. Diluar tampak masih gelap. Aku turun dari meja lalu kupeluk erat Sabila.Â
"Fedoramu kak." Sabila menjulurkan tangannya, namun kutepis.
"Buang saja. Dan mulai sekarang panggil aku Shania," pintaku.
"Kau cantik sekali kak. Hmm.. kak Shania." Gadis kecil itu merayuku.Â
Tak kujawab pujiannya. Kudekati sebuah jam dinding besar dengan kayu ukiran naga. Kulihat diriku dipantulan kacanya diantara jarum dan angka. Ah benar, Cantik sekali.Â
Jelang pagi, kutemui Natan dan Mary. Kuceritakan bahwa ritualnya berhasil. Mereka senang bukan kepalang. Kini tak ada lagi hantu gadis bertopi fedora. Yang ada hanya aku, Shania, si cantik yang mempesona.Â
TAMAT
Â
Â
@OctaraRoy