"Apa?" Tanyaku heran. Dari tadi Shania hanya senyum-senyum ke arahku. Kujentikan jemari pada gelasku yang kini sudah kosong.
"Kau cantik sekali," bisik Shania.
"Ah tidak, kaulah yang cantik," balasku memuji.
" Tapi kau sungguh lebih cantik, mungkin karena fedora itu," pujinya lagi.
Aku hanya tersipu, ingin kulepas fedora hitamku tapi Shania mencegahnya.
" Kau tak terlihat seperti paranormal." Aku berbasa-basi memberai gugupku.
"Kau juga. Kau tak terlihat seperti hantu," balasnya. Kami berdua kemudian sama-sama tertawa kecil.
"Kau terlihat sangat baik. Aku tidak mengerti kenapa mereka ingin mengusirmu dari rumah ini," lanjut Shania.
"Aku tak tahu. Tapi selama ini tak ada yang berhasil mengusirku kan?"Â
Lama mengobrol, aku merasa aneh. Aku mencoba menajamkan penglihatanku. Sekujur tubuhku tiba-tiba terasa lain. Kepalaku agak pusing. Pandanganku sedikt berkunang-kunang. Kulihat Shania memandangiku. Senyumnya semakin lebar. Aku melihat gelagatnya mulai berubah.Â
"BRAKK!!"Â