Dalam satu acara yang mempertemukan keduanya, Somad berkata “Sekarang di beberapa kantor, itu ghoiril maghdhubi alaihim wa ladholin, sudah takut bilang amin”.
Somad melanjutkan, “Jangan-jangan tasyahud pun begini”, sembari memperagakan adegan dengan menempatkan tangannya dalam posisi mengepal diatas lututnya. Lalu terdengar jamaah terbahak bersama.
Anies kemudian menimpali, “Masa tangannya keluar dua”, sembari memperagakan dengan mengacungkan dua jari membentuk format V, yang adalah simbol pasangan calon Presiden nomor urut 2. Jemaah kembali riuh terbahak dibuatnya.
Bila guyon dimaknai sebagai sebuah cara untuk menghidupkan suasana, saya sepakat. Karena dengan begitu suasana menjadi lebih terasa asik. Urat saraf bisa mengendur.
Perkara sakral yang dijadikan bahan guyonan, sejatinya tak masalah. Faktanya sudah lazim dilakukan oleh para dai dan penceramah. Asal kita mencecapnya secara proporsional, takkan menuai masalah.
Baik Zulhas maupun Anies dan Somad, mereka sejatinya sedang mentertawakan kehidupan. Menjadikan kekonyolan kita sendiri sebagai bahan guyonan.
Bila ditinjau dari perspketif lain, sejatinya fenomena mentertawakan diri sendiri merupakan bagian dari otokritik atau muhasabah. Menjadi evaluasi bagi diri sendiri untuk perbaikan.
Bahwa yang sakral tidaklah elok dijadikan bahan guyonan, saya juga sepakat. Namun bila tokoh agama pun larut dalam kelakar model begitu, apalagi kita yang kurang menguasai pemahaman keagamaan.
Walapun sejatinya itu tidak lantas menjadi justifikasi bahwa menjadikan perkara sakral bahan guyonan membuat kita permisif. Memilah yang sakral untuk tidak dijadikan guyonan merupakan bagian dari adab dalam beragama.
Andai pun ada pembelaan dari para pendukungnya bahwa apa yang dilakukan Anies dan Somad konteksnya berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Zulhas, alasan itu terasa sebagai sikap ngeles.
Terasa ada standar ganda untuk menjustifikasi bahwa apa yang dilakukan oleh sang calon yang didukung sebagai sikap yang benar, sementara hal yang sama dilakukan oleh calon yang tidak didukung dituduh salah.