Seperti yang kita ketahui, pergaulan yang buruk mampu merusak kebiasaan yang baik. Oleh karena itu orang tua seyogianya selalu hadir dan akan tetap hadir selamanya sebagai penolong bagi anaknya.
Menjadi penolong bukan sekedar mengangkat beban dipundak anak, namun menjadi penolong juga harus penuh persiapan yang lengkap dalam memerangi pengaruh buruk di dalam setiap kehidupan sang anak.Â
Persiapan yang dimaksud adalah persiapan batin, dimana dari dalam batin tersebut ada suatu dorongan untuk melakukan yang terbaik. Dorongan dari dalam batin tersebut disebut sebagai sebuah panggilan.
Dengan panggilan, menjadi orang tua adalah sesuatu yang prioritas dan bukan menjadi pilihan terakhir sebagai implikasi lahirnya anak ke dunia ini. Dengan demikian, menjadi orang tua merupakan amanah yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin dan menyadari bahwa dia adalah wakil dari Sang Pencipta bagi anaknya di muka bumi ini.Â
Jika Sang Pencipta memercayakan anak-anak untuk dididik, ini merupakan kepercayaan yang luar biasa. Tidak ada sesuatu yang lain yang lebih penting daripada anak kita.Â
Karena anak adalah harta orang tua secara pribadi yang juga harus dipertanggung-jawabkan kepada Sang Pencipta dan ini merupakan kewajiban yang bersifat kekal. Karena menjadi wakil Sang Pencipta, maka orang tua harus berhati-hati dalam mendidik anak. Itu sebabnya mendidik anak merupakan suatu hal yang serius. Sebuah keseriusan akan terpancar dari hati yang penuh kasih, mau berkorban, dan selalu memberikan yang terbaik dalam mendidik anaknya.
Dengan adanya kekuatan dorongan dari dalam batin, maka orang tua akan terus berjuang, dan bersemangat mendidik anak. Kegagalan bukanlah menjadi faktor kendala dalam mendidik melainkan menjadi kesempatan kepada orang tua untuk mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan anak.Â
Disamping itu, kegagalan juga sebagai kesempatan orang tua untuk menelusuri lebih dalam tentang keunikan dari setiap pribadi sang anak. Penelusuran ini menjadi wadah bagi orang tua untuk berefleksi mencari jalan dan mencari apa, mengapa, dan bagaimana seharusnya yang akan dilakukan dalam mendidik. Dengan berefleksi terus menerus, orang tua akan menjadi pembelajar sepanjang hayat.Â
Dengan adanya dorongan dari dalam diri, maka orang tua selalu siap dan terus dimampukan untuk mengarahkan anak mencari strategi yang lebih tepat dalam mengatasi pengaruh buruk dari globalisasi bahkan anak tetap berada pada jati dirinya yang semula sekalipun globalisasi terus berkembang . Dengan adanya panggilan, orang tua akan terus dalam kelimpahan ketika menjalankan panggilannya sebagai pendidik demi menghidupi kehidupan sang anak.
Dorongan dari dalam batin akan menempah orang tua untuk bisa mencintai anaknya seperti dirinya sendiri. Cinta kepada anak menjadi dasar kepada orang tua untuk tidak pernah menelantarkan anak bahkan membiarkan anak sendiri dalam keterpurukan, karena bagi orang tua kegagalan terbesar adalah pada saat anaknya gagal.
Menjadi orang tua seharusnya menyadari bahwa dirinya merupakan bagian integrasi antara diri sendiri, anak, dan Sang Pencipta yang tidak bisa dipisahkan sehingga menjadi orang tua bukan hanya fokus kepada apa yang harus dilakukan untuk anak, namun bagaimana orang tua dapat merasakan keterkaitan tiga unsur ini melebur menjadi satu di dalam pribadi orang tua tersebut.