Padahal, Gunungkidul adalah daerah yang rentan kekeringan, sehingga keberlanjutan sumber air menjadi isu vital bagi masyarakat setempat.
Pariwisata yang Masif
Selain pembangunan jalan, pariwisata masif juga menjadi tantangan besar bagi kelestarian kawasan karst.Â
Destinasi seperti Goa Jomblang, Goa Pindul, dan Pantai Krakal,dan beberapa tempat telah menjadi magnet wisatawan lokal maupun internasional.Â
Lonjakan kunjungan ini tidak selalu diiringi dengan pengelolaan yang memadai. Sampah plastik sering kali menumpuk di sekitar destinasi wisata, mencemari lingkungan sekitar.Â
Selain itu, banyak operator wisata yang tidak mematuhi standar lingkungan, seperti penggalian liar untuk pembangunan fasilitas wisata atau pemanfaatan sumber daya tanpa memperhatikan daya dukung ekosistem.Â
Kasus rencana pembangunan Beach Club oleh artis Raffi Ahmad di Pantai Krakal menjadi contoh nyata bagaimana eksploitasi pariwisata dapat mengancam keberlanjutan kawasan karst.Â
Pembangunan fasilitas seluas 20 hektar yang direncanakan di Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) ini memicu protes dari berbagai pihak karena dianggap melanggar aturan konservasi.Â
Untungnya, pembangunan tersebut akhirnya dihentikan, namun kasus serupa dapat terulang jika tidak ada regulasi yang jelas dan pengawasan ketat terhadap aktivitas di kawasan karst.
Ancaman-ancaman ini menunjukkan perlunya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Infrastruktur dan fasilitas pariwisata memang penting untuk mendukung perekonomian, tetapi jika dilakukan tanpa perencanaan yang matang, justru akan membawa dampak negatif jangka panjang.Â
Peran Masyarakat dalam Melindungi Kawasan Karst