Kehadiran gereja tidak hanya dirasakan di dalam tembok-tembok bangunan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Betlehem, tempat kelahiran Yesus, mengingatkan kita akan kerendahan hati dan kasih Allah. Betlehem bukanlah kota besar atau megah, tetapi tempat sederhana yang dipilih Allah untuk menggenapi rencana-Nya.Â
Perayaan ini mengajak umat Kristiani Salatiga untuk kembali ke nilai-nilai dasar iman: kasih, pengampunan, dan pelayanan kepada sesama.
Kelahiran Baru dalam Hati
Dalam suasana perayaan yang damai ini, umat Kristiani di Salatiga juga diajak untuk merenungkan makna Natal secara mendalam.Â
Natal bukan hanya soal perayaan lahiriah, tetapi juga soal kelahiran baru dalam hati setiap orang. Terang yang datang ke dunia melalui Yesus Kristus mengubah ketakutan menjadi pengharapan, dan kebencian menjadi kasih.
Sebagai kota toleransi, Salatiga menjadi contoh bagaimana keberagaman agama dan budaya dapat hidup berdampingan dengan harmonis.Â
Kehadiran para pemimpin lintas agama yang mendukung perayaan ini menjadi bukti nyata bahwa damai dan kasih dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semangat Kebersamaan dan Toleransi
Natal di Salatiga tahun ini juga memberikan pesan penting bagi bangsa Indonesia. Dalam suasana yang sering diwarnai perpecahan, semangat kebersamaan dan toleransi yang ditunjukkan di kota ini menjadi terang yang memancarkan harapan.
Pesan Yesaya 60:1, "Bangkitlah, menjadi teranglah," menjadi seruan bagi seluruh bangsa untuk bersama-sama membangun kehidupan yang lebih baik.