Rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 5:21 mengingatkan kita untuk "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik."Â
Ini menunjukkan bahwa iman sejati tidak berarti menutup mata terhadap realitas atau menolak untuk mempertanyakan apa yang kita percayai.Â
Sebaliknya, iman sejati mengajak kita untuk mencari kebenaran dengan hati yang terbuka dan pikiran yang kritis. Menguji iman kita bukan berarti meragukan Tuhan, melainkan memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam keyakinan yang salah.
Mengembangkan Iman yang Berakar pada Pengetahuan
Salah satu cara untuk menghindari iman yang irasional adalah dengan mengembangkan iman yang berakar pada pengetahuan dan pengertian yang mendalam akan Firman Tuhan.Â
Mengikuti ajaran Yesus berarti kita harus berusaha untuk memahami konteks dan pesan yang sesungguhnya dari Alkitab, bukan hanya mengikuti interpretasi yang populer atau yang terlihat menarik.
Iman yang Sehat dan Berakar pada Kebenaran
Iman yang sehat adalah iman yang tidak hanya mengandalkan perasaan atau pengalaman pribadi, tetapi juga berdasarkan pemahaman yang benar tentang Firman Tuhan dan akal budi yang diberikan oleh-Nya.Â
Dalam Yohanes 8:32, Yesus berkata, "Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Kebenaran ini harus menjadi landasan iman kita, bukan asumsi atau keyakinan yang tidak berdasar.
Ketika kita menghadapi ajaran-ajaran yang tampak tidak masuk akal atau bertentangan dengan kenyataan, kita harus berhati-hati dan mengujinya berdasarkan Firman Tuhan.Â
Tuhan tidak meminta kita untuk meninggalkan logika dan akal sehat ketika kita beriman kepada-Nya. Sebaliknya, Dia menginginkan kita untuk menggunakan hikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita untuk membedakan yang benar dari yang salah.Â
Tuhan menciptakan akal budi sebagai alat untuk memahami kehendak-Nya dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan-Nya.