Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Iman yang Rasional: Iman dengan Nalar, Logika, dan Tindakan

16 November 2024   01:04 Diperbarui: 16 November 2024   06:56 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iman seringkali dipandang sebagai hal yang bersifat spontan, penuh perasaan, dan kadang di luar nalar manusia. Dalam kenyataannya, iman yang sejati tidak bertentangan dengan rasio atau logika. 

Nalar yang Mendalam

Iman yang kuat justru membutuhkan pemahaman yang mendalam, pertimbangan yang matang, dan perencanaan yang terarah. 

Iman bukanlah suatu hal yang serampangan atau sekadar berdasarkan emosi sesaat, melainkan suatu keputusan hidup yang memerlukan nalar dan perhitungan yang bijaksana.

Salah satu aspek yang paling penting dalam iman adalah adanya nalar yang mendalam. Iman yang rasional tidak akan mengabaikan kenyataan dan kondisi yang ada, tetapi justru mampu menghadapinya dengan penuh kesadaran. 

Misalnya, seorang yang beriman tidak akan menerobos rintangan hidup dengan cara yang sembrono, tetapi akan memanfaatkan pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki untuk mencari solusi yang tepat. 

Dalam hal ini, iman menjadi dasar untuk mengambil keputusan yang bijak, bukan hanya berdasarkan perasaan atau dorongan sesaat.

Perhitungan Secara Matang

Iman yang rasional juga mengharuskan adanya perhitungan matang. Dalam setiap langkah hidup, seorang yang beriman harus mampu melihat dengan jernih apa yang menjadi tujuan dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapainya. 

Ini mencakup pemahaman yang mendalam tentang siapa diri kita, apa yang Tuhan inginkan, dan bagaimana kita dapat mencapai tujuan hidup kita. 

Sebagaimana seorang perencana yang menyusun strategi untuk masa depan, seorang yang beriman perlu melakukan hal yang sama---merancang langkah-langkah yang tepat, berdasarkan pemahaman dan keyakinan yang kuat.

Komitmen dalam Bertindak

Lebih jauh lagi, iman yang rasional juga mengandung fokus dan ketekunan. Setiap tindakan yang diambil haruslah terarah dan terukur, bukan sekadar mengikuti arus atau mengikuti dorongan hati tanpa tujuan yang jelas. 

Hal ini tercermin dalam kisah-kisah dalam Alkitab yang menggambarkan iman yang bukan hanya sebatas keyakinan, tetapi juga sebuah komitmen untuk bertindak dengan cara yang bijaksana dan tepat waktu.

Sebagai contoh, kita dapat melihat kisah Raja Yosafat yang memimpin bangsa Israel untuk melawan bangsa Amon. 

Yosafat menunjukkan iman yang tidak hanya bergantung pada kekuatan Tuhan, tetapi juga pada perencanaan dan tindakan nyata. 

Ia mempersiapkan diri dan bangsanya dengan tindakan yang penuh hikmat, berdoa, dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan, namun tetap dengan strategi yang jelas. 

Ini menunjukkan bahwa iman yang rasional tidak berarti mengabaikan usaha manusia, tetapi justru menggabungkan antara keyakinan dan perencanaan yang matang.

Strategi melalui Iman 

Selain itu, kisah para hakim Israel juga memberikan pelajaran penting tentang bagaimana iman membutuhkan strategi. 

Ketika bangsa Israel berada dalam kondisi terjajah, para hakim yang dipilih oleh Tuhan untuk memimpin mereka tidak hanya mengandalkan doa dan iman semata, tetapi juga memiliki taktik dan strategi dalam menghadapi musuh. 

Mereka menyusun kekuatan, memilih waktu yang tepat untuk bertindak, dan memimpin umat dengan kebijaksanaan.

Strategi ini bukan hanya untuk pertempuran fisik, tetapi juga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. 

Iman yang rasional mengajarkan kita untuk tidak hanya berdoa dan berharap, tetapi juga bertindak sesuai dengan petunjuk yang diberikan Tuhan dan menggunakan akal sehat kita untuk menyusun langkah-langkah yang tepat.

Tindakan Nyata

Ini menunjukkan bahwa iman dan akal sehat seharusnya berjalan berdampingan, saling menguatkan.

Pentingnya iman yang rasional juga dapat kita lihat dalam kehidupan pribadi setiap individu. 

Ketika seseorang menghadapi kesulitan, bukan berarti ia harus menyerah begitu saja atau hanya mengandalkan doa tanpa tindakan. 

Iman yang rasional mengajarkan kita untuk berusaha, mencari solusi, dan tetap percaya bahwa Tuhan akan memberikan jalan keluar. 

Dalam hal ini, iman bukanlah pelarian dari kenyataan, tetapi kekuatan untuk menghadapi kenyataan dengan kepala dingin dan hati yang percaya.

Iman yang rasional perlu Kebijaksanaan

Banyak orang yang terkadang membuat keputusan besar dalam hidup mereka tanpa mempertimbangkan akibatnya atau tanpa memikirkan langkah-langkah yang perlu diambil. 

Sebagai orang beriman, kita diajarkan untuk berpikir dengan bijak, mengambil waktu untuk berdoa dan merenung, serta merencanakan dengan hati-hati. 

Sebagaimana Tuhan memberikan kita akal dan pikiran, kita diajarkan untuk menggunakannya dalam setiap keputusan hidup kita.

Iman yang rasional bukan berarti menghilangkan unsur ketergantungan pada Tuhan. Sebaliknya, ia mengajarkan kita untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita. 

Kita tidak hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi juga mengandalkan kebijaksanaan dan petunjuk-Nya.

Iman dan Visi

Iman yang rasional juga membawa kita untuk lebih memahami tujuan hidup yang lebih besar. 

Ketika kita memiliki visi yang jelas dan strategi yang matang, kita bisa menjalani hidup dengan lebih terarah dan tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang tidak penting. 

Iman yang rasional mengarahkan kita untuk fokus pada apa yang benar-benar penting, menjauhkan kita dari godaan untuk hidup hanya untuk kepuasan sesaat.

Bergerak secara Dinamis

Iman yang rasional adalah iman yang menggerakkan kita untuk terus berkembang, belajar, dan beradaptasi. 

Iman bukanlah sebuah keyakinan yang statis atau kaku, tetapi sesuatu yang dinamis dan selalu berkembang seiring dengan pengalaman hidup kita. 

Dengan iman yang rasional, kita dapat menghadapai tantangan dengan lebih bijak, lebih tenang, dan lebih percaya diri. 

Iman yang demikian memberi kita kekuatan untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga untuk tumbuh dan mencapai potensi penuh yang telah Tuhan tetapkan bagi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun