Kampung Tani di Desa Catur, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi pertanian yang sangat menjanjikan.Â
Daerah ini membawahi beberapa pedukuhan, seperti Catur, Sabrangan, Karakan, dan Gunung Puyuh, yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian.Â
Dengan tanah subur dan pasokan air yang cukup, terutama yang berasal dari Waduk Wonotoro, Catur mampu menghasilkan padi dalam jumlah besar dan bisa panen hingga tiga kali setahun.
Sistem Irigasi di Catur
Keberhasilan pertanian di Catur tidak lepas dari sistem irigasi yang berjalan dengan baik.Â
Pengairan yang lancar, yang mengalir dari Waduk Wonotoro, memberikan kestabilan dalam produksi pertanian sepanjang tahun.Â
Dengan kondisi ini, para petani di Catur tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang.Â
Irigasi yang terjaga menjadikan Catur sebagai salah satu daerah pertanian yang lebih maju dibandingkan dengan wilayah lain yang mengalami kendala air.
Harga Gabah dan Beras yang Fluktuatif
Harga gabah kering panen (GKP) di Catur pada November 2024 berkisar antara Rp6.100 hingga Rp7.600 per kilogram.Â
harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan berkisar antara Rp6.200 hingga Rp7.650 per kilogram.Â
Sementara itu,Harga beras di penggilingan pun bervariasi, dengan beras premium dihargai sekitar Rp12.934 per kilogram, beras medium Rp12.248 per kilogram, dan beras kualitas rendah Rp12.325 per kilogram.Â
Fluktuasi harga ini menjadi tantangan tersendiri bagi petani dalam merencanakan hasil panen mereka.
Peran Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan pada Agustus 2024, dengan angka 113,80, yang naik 0,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya.Â
Kenaikan ini disebabkan oleh adanya peningkatan pada Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang naik sebesar 0,14 persen.Â
Hal ini menggambarkan adanya peningkatan daya beli petani, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil. Namun, peningkatan ini tetap memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani.
Fluktuasi Harga Gabah
Harga gabah yang terkadang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi pendapatan petani secara signifikan. Ketika harga gabah turun, petani akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya produksi.Â
Sebaliknya, ketika harga gabah naik, petani mendapatkan keuntungan lebih, tetapi hal ini dapat mengundang masalah baru, seperti harga yang lebih tinggi untuk beras di pasar.
Harga Beras yang Meningkatkan Biaya Hidup Masyarakat
Harga beras juga berperan penting dalam kehidupan petani dan masyarakat umum di sekitar Kampung Tani Catur.Â
Dengan harga beras premium yang mencapai Rp12.934 per kilogram dan beras medium di angka Rp12.248 per kilogram, konsumen harus mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.Â
Hal ini menciptakan tantangan bagi petani yang tidak hanya harus memikirkan hasil panen mereka, tetapi juga mempertimbangkan dampak harga beras terhadap daya beli masyarakat.
Peningkatan Indeks Harga yang Diterima Petani
Meskipun ada fluktuasi harga, indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen pada bulan Agustus 2024.Â
Peningkatan ini menjadi kabar baik bagi petani karena berarti mereka menerima harga yang lebih baik untuk hasil pertanian mereka.Â
Kenaikan ini menunjukkan adanya perbaikan dalam pengelolaan harga gabah di tingkat petani, meskipun masih ada tantangan terkait harga yang ditentukan oleh pasar global dan kebijakan pemerintah.Â
Kenaikan NTP memberikan pengaruh langsung terhadap daya beli petani. Dengan angka 113,80, NTP yang meningkat mencerminkan adanya perbaikan dalam kesejahteraan petani.Â
Kenaikan ini terjadi karena harga yang diterima petani sedikit lebih tinggi, sementara harga barang yang dibeli oleh petani justru sedikit menurun.
Tantangan yang Dihadapi oleh Petani Catur
Meski memiliki banyak keunggulan, petani di Catur tetap menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah ketergantungan pada harga gabah dan beras yang tidak selalu stabil.Â
Fluktuasi harga yang terjadi dapat merugikan petani, terutama jika harga gabah turun jauh di bawah biaya produksi.Â
Selain itu, cuaca ekstrem dan perubahan iklim juga dapat mempengaruhi hasil panen, meskipun sistem irigasi yang baik membantu mengurangi dampak tersebut.
Diversifikasi Pertanian di Kampung Tani
Untuk mengurangi ketergantungan pada hasil padi, salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengembangkan diversifikasi produk pertanian, seperti tanaman jagung atau tanaman semusim lainnya.
Kampung Tani Catur, yang memiliki potensi alam yang baik, dapat mengembangkan komoditas seperti jagung, kedelai, atau sayuran semusim lainnya yang memiliki siklus tanam yang lebih cepat.
Diversifikasi ini tidak hanya akan mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga gabah, tetapi juga membuka peluang pasar baru yang lebih menguntungkan bagi petani.
Pemanfaatan Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas
Selain diversifikasi, pemanfaatan teknologi pertanian juga dapat menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas di Catur, Boyolali.
Dengan adanya teknologi irigasi yang efisien, serta penggunaan pupuk dan pestisida yang ramah lingkungan, petani dapat mengoptimalkan hasil pertanian mereka.Â
Teknologi juga dapat membantu dalam proses pascapanen, seperti pengeringan gabah yang lebih cepat dan penggilingan yang lebih efisien, sehingga mengurangi kerugian dan meningkatkan kualitas produk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H