Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengurai Krisis pada Remaja di Era Digital

6 November 2024   07:25 Diperbarui: 6 November 2024   23:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Remaja dan Persoalannya/ https://www.jonnyshannon.com/

Dalam beberapa tahun terakhir, krisis yang dialami oleh remaja telah menarik perhatian banyak pihak, terutama di tengah tantangan yang semakin kompleks di era modern. 

Perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi memberikan dampak signifikan terhadap kesehatan mental dan perkembangan emosional remaja. 

Krisis ini mencakup berbagai aspek, termasuk emosional, kognitif, sosial, dan perilaku, yang memerlukan perhatian dan pemahaman yang mendalam.

Kecemasan dan Stress pada Remaja

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap krisis remaja adalah tekanan yang berasal dari lingkungan sosial dan akademis. 

Remaja saat ini sering menghadapi ekspektasi tinggi dari orang tua, guru, dan masyarakat, yang bisa mengarah pada stres, kecemasan, dan perasaan tidak cukup baik. 

Pada masa ini remaja yang merasa tertekan cenderung mengalami masalah kesehatan mental yang lebih serius, termasuk depresi dan gangguan kecemasan.

Penyimpangan Perilaku Remaja

Di Indonesia menunjukkan bahwa kenakalan remaja semakin menjadi perhatian serius. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa kasus penyimpangan perilaku remaja, seperti tawuran, penggunaan narkoba, dan kriminalitas, terus meningkat. 

Fenomena "kreak" di Semarang dan "klitih" di Yogyakarta merupakan contoh nyata dari kenakalan remaja yang semakin marak. 

Kreak merujuk pada tindakan kenakalan yang sering kali melibatkan aksi kekerasan atau tawuran antar kelompok remaja, sedangkan klitih di Yogyakarta merujuk pada aksi perusakan, pemerasan, dan tawuran di kalangan remaja yang terjadi di malam hari.

Berbagai jenis krisis yang dihadapi remaja dapat dikategorikan ke dalam beberapa kategori, seperti:

Krisis Emosional. Remaja sering mengalami ketidakstabilan emosi yang ditandai dengan perasaan sedih, marah, atau cemas. 

Krisis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tekanan akademik, konflik dalam hubungan interpersonal, dan pergeseran identitas.

Krisis Kognitif. Banyak remaja mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang baik dan mengelola harapan yang tinggi. 

Krisis kognitif ini sering kali ditandai oleh kebingungan, kesulitan dalam belajar, atau ketidakmampuan untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Krisis Sosial. Ketika remaja menghadapi pergeseran dalam hubungan dengan teman sebaya atau keluarga, mereka dapat mengalami krisis sosial. 

Ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan baik dengan orang lain dapat mengakibatkan isolasi, kesepian, dan masalah dalam membangun jaringan sosial yang sehat.

Krisis Perilaku. Perilaku kenakalan remaja, seperti tawuran, penggunaan narkoba, dan tindakan kriminal, merupakan bentuk krisis perilaku. 

Remaja yang terjerumus dalam perilaku ini sering kali mencari pengakuan atau identitas di luar norma sosial yang ada.

Krisis Identitas. Proses pencarian identitas sering kali menjadi sumber krisis bagi remaja. 

Mereka mungkin merasa terjebak antara harapan orang tua dan keinginan pribadi, yang dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi dalam membangun jati diri yang kuat.

Faktor-faktor seperti pengaruh lingkungan, kurangnya pengawasan orang tua, dan tekanan teman sebaya berkontribusi besar terhadap fenomena ini. 

Peran orangtua dalam membentuk perilaku dan sikap anak

Ketika orang tua kurang terlibat dalam kehidupan remaja mereka, anak-anak dapat merasa kehilangan arah dan dukungan, yang dapat mendorong mereka untuk mencari pengakuan dan identitas di luar rumah, terkadang dengan cara yang negatif.

Orang tua yang memberikan bimbingan dan perhatian yang cukup dapat membantu remaja menghindari masalah perilaku dan krisis emosional. 

Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan dan memungkinkan remaja merasa nyaman dalam berbagi masalah yang mereka hadapi. 

Dengan keterlibatan aktif dalam kehidupan sehari-hari anak-anak, orang tua dapat menjadi sumber dukungan yang membantu mereka mengatasi tekanan dan tantangan yang muncul.

Pendapat Ahli

Dr. Lisa Damour, seorang psikolog dan penulis buku "Untangled: Guiding Teenage Girls Through the Seven Transitions into Adulthood," menekankan pentingnya memahami perubahan yang terjadi pada remaja. 

Ia berargumen bahwa remaja, terutama perempuan, mengalami tujuh transisi penting yang memengaruhi perkembangan mereka. 

Dalam pandangannya, penting bagi orang dewasa untuk mendampingi remaja dengan cara yang suportif dan memahami bahwa krisis yang mereka alami adalah bagian dari proses pertumbuhan yang normal. 

Dukungan emosional dari keluarga dan teman sebaya menjadi sangat penting dalam mengatasi perasaan tersebut. 

Lingkungan yang terbuka dan mendukung, di mana remaja dapat berbagi kekhawatiran dan tantangan tanpa rasa takut dihakimi, sangat dibutuhkan. Dalam konteks ini, peran orang tua sebagai pendukung utama dalam proses ini sangat krusial.

Selain itu, pergeseran identitas yang dialami oleh remaja juga sering menambah ketegangan emosional. 

Proses pencarian jati diri ini adalah hal yang wajar, tetapi bisa menjadi krisis ketika remaja merasa terjebak antara harapan orang tua dan keinginan pribadi mereka. 

Banyak remaja mencari makna dan tujuan hidup mereka, dan tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa terjerumus ke dalam perilaku negatif.

Jean Twenge, seorang psikolog sosial dan penulis buku "iGen," menawarkan perspektif tentang dampak teknologi dan media sosial pada generasi remaja saat ini. 

Dalam penelitiannya, Twenge mengamati bahwa remaja yang lebih terhubung dengan teknologi mengalami peningkatan tingkat kecemasan dan depresi. 

Ia berpendapat bahwa ketergantungan pada ponsel dan media sosial mengganggu interaksi sosial yang sehat, yang penting untuk perkembangan emosional. 

Twenge mendorong orang tua dan pendidik untuk menetapkan batasan penggunaan teknologi untuk mencegah dampak negatif yang dapat memicu krisis dalam diri remaja.

Pengaruh Media Sosial

Dalam konteks Indonesia, pengaruh media sosial tidak bisa diabaikan. Banyak remaja menghabiskan waktu berjam-jam di platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, yang sering kali menjadi sumber tekanan sosial dan perbandingan yang tidak sehat. 

Bullying online dan cyberbullying juga menjadi masalah yang signifikan, di mana remaja bisa menjadi korban atau pelaku. 

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang penggunaan teknologi yang sehat sangat penting untuk membekali remaja dengan keterampilan yang diperlukan untuk navigasi dunia digital yang penuh tantangan.

Masyarakat dan sekolah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan program pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademis, tetapi juga pada kesehatan mental dan keterampilan sosial. 

Kolaborasi dalam Menangani Persoalan Remaja

Dengan memperkenalkan kurikulum yang mencakup topik-topik seperti pengelolaan stres, komunikasi yang efektif, dan hubungan yang sehat.  

Di sini kita dapat membantu remaja mengembangkan ketahanan yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis yang mereka hadapi.

Seminar, lokakarya, dan kampanye informasi dapat membantu mengedukasi orang tua dan masyarakat tentang tanda-tanda masalah kesehatan mental dan bagaimana cara memberikan dukungan yang efektif. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun