Lingkungan yang terbuka dan mendukung, di mana remaja dapat berbagi kekhawatiran dan tantangan tanpa rasa takut dihakimi, sangat dibutuhkan. Dalam konteks ini, peran orang tua sebagai pendukung utama dalam proses ini sangat krusial.
Selain itu, pergeseran identitas yang dialami oleh remaja juga sering menambah ketegangan emosional.Â
Proses pencarian jati diri ini adalah hal yang wajar, tetapi bisa menjadi krisis ketika remaja merasa terjebak antara harapan orang tua dan keinginan pribadi mereka.Â
Banyak remaja mencari makna dan tujuan hidup mereka, dan tanpa dukungan yang tepat, mereka bisa terjerumus ke dalam perilaku negatif.
Jean Twenge, seorang psikolog sosial dan penulis buku "iGen," menawarkan perspektif tentang dampak teknologi dan media sosial pada generasi remaja saat ini.Â
Dalam penelitiannya, Twenge mengamati bahwa remaja yang lebih terhubung dengan teknologi mengalami peningkatan tingkat kecemasan dan depresi.Â
Ia berpendapat bahwa ketergantungan pada ponsel dan media sosial mengganggu interaksi sosial yang sehat, yang penting untuk perkembangan emosional.Â
Twenge mendorong orang tua dan pendidik untuk menetapkan batasan penggunaan teknologi untuk mencegah dampak negatif yang dapat memicu krisis dalam diri remaja.
Pengaruh Media Sosial
Dalam konteks Indonesia, pengaruh media sosial tidak bisa diabaikan. Banyak remaja menghabiskan waktu berjam-jam di platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, yang sering kali menjadi sumber tekanan sosial dan perbandingan yang tidak sehat.Â
Bullying online dan cyberbullying juga menjadi masalah yang signifikan, di mana remaja bisa menjadi korban atau pelaku.Â