Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Politik, Iptek, Pendidikan, dan Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menggali Hubungan Orang Farisi dan Yesus dalam Konteks Sosial dan Politik

23 Oktober 2024   11:55 Diperbarui: 23 Oktober 2024   12:19 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, Nikodemus, salah satu pemimpin Farisi, datang kepada Yesus di malam hari untuk mendiskusikan hal-hal spiritual (Yohanes 3:1-21). Namun, jumlah mereka sangat terbatas dibandingkan dengan mayoritas orang Farisi yang lebih tertarik pada kekuasaan dan pengaruh.

Motivasi pragmatis politik orang Farisi tidak bisa diabaikan. Dalam konteks masyarakat Yahudi yang berada di bawah tekanan Romawi, siapa pun yang dapat menggalang dukungan rakyat memiliki potensi besar untuk mendapatkan jabatan atau pengaruh. 

Orang Farisi, dengan segala kecerdasan dan keterampilan politik mereka, tentu memahami hal ini dan berusaha untuk menggunakan setiap kesempatan yang ada, termasuk mendekati Yesus, untuk memperkuat posisi mereka di mata publik.

Mendekati Yesus untuk Mendapat Keuasaan?

Orang Farisi yang mengundang dan bergabung dengan Yesus melakukannya bukan hanya karena alasan spiritual atau teologis, tetapi juga karena alasan pragmatis politik. 

Mereka menyadari bahwa Yesus adalah tokoh yang berpengaruh dan memiliki potensi besar untuk mengubah tatanan sosial dan politik yang ada. Dengan mendekati-Nya, mereka berharap dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan kekuasaan mereka dalam masyarakat. 

Motivasi ini pada akhirnya menunjukkan bahwa bagi banyak orang Farisi, kekuasaan dan jabatan lebih penting daripada kebenaran yang diajarkan oleh Yesus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun