Orang Farisi adalah salah satu kelompok terkemuka dalam masyarakat Yahudi pada masa Yesus hidup. Mereka dikenal sebagai kelompok yang sangat taat pada hukum Taurat dan tradisi leluhur.Â
Namun, di balik ketaatan mereka, ada aspek pragmatisme yang kuat, terutama dalam upaya mereka mempertahankan kekuasaan dan pengaruh di masyarakat.Â
Salah satu contoh pragmatisme ini adalah hubungan mereka dengan Yesus, seorang guru yang popularitasnya kian meningkat di kalangan rakyat. Ada beberapa alasan mengapa orang Farisi mengundang Yesus dan bahkan mempertimbangkan untuk bergabung dengan-Nya.
Alasan Teologis
Alasan teologis mungkin menjadi pertimbangan awal. Yesus dikenal sebagai seorang rabi yang memiliki pengajaran luar biasa, bahkan banyak orang menganggap-Nya sebagai nabi besar yang diutus oleh Allah.Â
Orang Farisi mungkin tertarik untuk mengundang Yesus ke dalam percakapan teologis guna menguji atau bahkan menantang pemikiran-Nya. Dengan demikian, mereka bisa menilai apakah ajaran Yesus selaras dengan keyakinan mereka atau justru menentangnya.
Namun, di balik kepentingan teologis, ada motif pragmatis yang jauh lebih dalam. Yesus memiliki pengaruh besar di kalangan rakyat. Banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya, dan hal ini dapat menjadi ancaman bagi kelompok Farisi yang ingin mempertahankan otoritas mereka.Â
Mengundang Yesus mungkin dianggap sebagai cara untuk mengendalikan atau memantau-Nya, serta memahami lebih lanjut tentang ancaman yang mungkin Ia bawa terhadap status quo.
Aspek Sosial dan Politik
Alasan yang mungkin adalah aspek sosial dan politik. Orang Farisi tidak hanya memiliki otoritas religius, tetapi mereka juga memiliki hubungan erat dengan pemimpin-pemimpin Romawi yang memerintah Palestina pada waktu itu.Â
Bergabung dengan Yesus mungkin dipandang sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruh mereka di kalangan rakyat, sambil tetap menjaga hubungan baik dengan kekuasaan Romawi.Â