Prabowo menyatakan, bahwa di tengah ketidakpastian global yang terjadi saat ini, Indonesia harus segera mencapai swasembada pangan dalam waktu yang singkat.Â
Dalam situasi krisis global, tidak ada negara yang akan memprioritaskan penjualan komoditas penting, seperti pangan.Â
Strategi yang dirancang untuk mempercepat produksi pertanian harus disertai dengan inovasi dalam teknologi pertanian dan pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan.Â
Pemerintah juga telah menerapkan manajemen kebijakan pangan terhadap komoditas strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, minyak goreng, bawang merah, bawang putih, daging dan telur ayam, serta tepung terigu.Â
Soekarwo menyebutkan bahwa Global Food Security Index secara komprehensif menetapkan indeks ketahanan pangan di lingkup internasional memiliki tiga dimensi: keterjangkauan (affordability), ketersediaan (availability), serta kualitas dan keamanan (quality and safety).Â
Diversifikasi Pangan
Ketersediaan, akses (keterjangkauan), dan kualitas (keamanan) pangan bagi 270,20 juta jiwa penduduk Indonesia menjadi kerja sepanjang waktu yang harus dipenuhi pemerintah.Â
Untuk memenuhinya, diperlukan desain kebijakan dan manajemen pengelolaan pangan yang tepat sesuai dengan kondisi empirik di lapangan.
Diversifikasi pangan juga penting agar masyarakat tidak hanya bergantung pada beras sebagai sumber pangan utama.Â
Inisiatif seperti ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan tetapi juga membantu pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk pengurangan kemiskinan.
Namun, meningkatkan produksi saja tidak cukup untuk memastikan akses pangan yang memadai. Distribusi pangan yang merata ke seluruh pelosok negeri, terutama daerah-daerah yang sulit dijangkau, menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan.Â