Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prosperity dan Realitas Tantangan Ekonomi di Pedesaan Lereng Merbabu

20 Oktober 2024   07:10 Diperbarui: 21 Oktober 2024   10:18 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern ini, desa-desa di Indonesia terus berjuang untuk mencapai kesejahteraan ekonomi. 

Meskipun desa-desa menyimpan potensi besar dalam sektor agrikultur, pariwisata, dan ekonomi kreatif, banyak di antaranya yang menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. 

Tradisi Pedesaan

Salah satu tantangan tersebut adalah tingginya biaya untuk menjalankan kegiatan sosial dan budaya yang sangat erat kaitannya dengan tradisi masyarakat pedesaan. Seperti beberapa pedesaan yang berada di wilayah Lereng Merbabu

Kegiatan seperti "Saparan", "sadranan", "merti desa", dan berbagai acara adat lainnya tidak hanya melibatkan seluruh warga, tetapi juga membutuhkan kontribusi finansial yang tidak sedikit.

Acara Saparan, "Sadranan" dan "merti desa" adalah contoh tradisi yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat desa. 

Dalam acara tersebut setiap keluarga harus menyediakan makanan untuk menjamu tamu saat open house.

Sadranan, adalah tradisi ziarah ke makam leluhur, sedangkan Merti desa merupakan tradisi tahunan yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah. 

Tradisi ini memperkuat nilai kebersamaan dan gotong royong, tetapi di sisi lain, biaya untuk menyelenggarakannya menjadi beban berat bagi sebagian besar masyarakat desa yang penghasilannya terbatas.

Sumbangab untuk Kegiatan Sosial

Tingginya biaya sosial di pedesaan tidak hanya dirasakan pada momen-momen adat. Kegiatan sosial seperti pernikahan, khitanan, atau kegiatan keagamaan juga melibatkan pengeluaran yang signifikan. 

Setiap keluarga diharapkan untuk berkontribusi baik secara finansial maupun dengan memberikan tenaga. 

Dalam konteks ini, gotong royong yang merupakan ciri khas masyarakat pedesaan menjadi semakin berat, karena semakin banyak kegiatan yang menuntut partisipasi. 

Hal ini menyebabkan fenomena "high-cost economy" di desa, di mana pengeluaran sosial sering kali melebihi pendapatan keluarga.

Akses infrastruktur

Di sisi lain, desa-desa di Indonesia masih menghadapi keterbatasan akses terhadap infrastruktur dan layanan ekonomi yang memadai.  

Hal ini memperburuk kondisi ekonomi di pedesaan, karena keterbatasan akses tersebut membuat masyarakat sulit untuk meningkatkan produktivitas dan memperluas peluang usaha. 

Desa yang berpotensi dalam sektor pertanian, misalnya, sering kali mengalami kesulitan dalam mendistribusikan hasil panennya ke pasar yang lebih luas.

Diversifikasi Ekonomi

Salah satu faktor utama yang memengaruhi kesejahteraan di pedesaan adalah kurangnya diversifikasi ekonomi. 

Sebagian besar masyarakat desa masih bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber pendapatan utama. 

Ketergantungan ini menyebabkan ekonomi desa menjadi rentan terhadap fluktuasi harga komoditas dan perubahan iklim. 

Selain itu, produktivitas pertanian yang rendah karena kurangnya akses terhadap teknologi modern juga menjadi hambatan besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis yang berkelanjutan dalam pembangunan ekonomi pedesaan. 

"Diversifikasi ekonomi" menjadi salah satu solusi penting yang perlu diterapkan. 

Masyarakat pedesaan perlu didorong untuk tidak hanya mengandalkan pertanian, tetapi juga mengembangkan sektor lain seperti kerajinan tangan, pariwisata, dan industri kreatif lokal.

Akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi dapat membantu masyarakat desa untuk meningkatkan produktivitas dan membuka akses pasar yang lebih luas.

Peran Pemerintah

Peran pemerintah dalam menyediakan infrastruktur yang memadai sangat penting. Akses jalan yang baik, layanan kesehatan, pendidikan, dan pasar yang lebih dekat akan mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan. 

Pemerintah harus berperan aktif dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan memberikan bantuan modal kepada pelaku usaha kecil di desa.

Di sisi lain, pengelolaan tradisi dan kegiatan sosial di pedesaan perlu dilakukan dengan lebih bijaksana. 

Pemerintah desa bersama tokoh adat dapat mengatur agar kegiatan-kegiatan tersebut tidak membebani masyarakat secara berlebihan. 

Misalnya, biaya untuk penyelenggaraan upacara adat dapat dikurangi atau dibatasi, sehingga tradisi tetap terjaga namun tidak mengganggu ekonomi masyarakat. 

Dengan demikian, keseimbangan antara pelestarian tradisi dan peningkatan kesejahteraan ekonomi bisa dicapai.

Pelatihan untuk Warga

Pendidikan dan pelatihan keterampilan menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi pedesaan. 

Pemerintah dan organisasi non-pemerintah perlu aktif dalam memberikan pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini. 

Keterampilan dalam bidang teknologi, kewirausahaan, dan manajemen usaha akan membantu masyarakat desa untuk lebih mandiri secara ekonomi. 

Pelatihan juga dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.

Prinsip Gotong Royong

Pada akhirnya, prosperity atau kesejahteraan di pedesaan tidak hanya bergantung pada faktor ekonomi semata, tetapi juga pada bagaimana masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama dalam mengelola potensi desa.

Desa memiliki kekuatan besar dalam nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan, tetapi potensi tersebut harus dikelola dengan bijak agar tidak menjadi beban. 

Dengan dukungan teknologi, diversifikasi ekonomi, dan pengelolaan tradisi yang tepat, desa-desa di lereng Merbabu memiliki peluang besar untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun