Apatisme terhadap politik dapat diatasi jika calon pemimpin mampu menunjukkan keseriusan dalam menepati janji dan mengedepankan isu-isu yang relevan bagi generasi ini.Â
Pada Pemilu 2019, hasil survei yang dilakukan oleh UMN Consulting menunjukkan bahwa keterlibatan Generasi Z dalam proses pemilihan umum cukup signifikan, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi.Â
Dari data yang diperoleh, sekitar 48,25% dari generasi ini menggunakan hak pilih mereka, yang menunjukkan bahwa hampir setengah dari pemilih muda ini aktif dalam memberikan suara. Angka ini mencerminkan kesadaran politik yang mulai tumbuh di kalangan generasi Z, yang sering kali dianggap apatis terhadap isu-isu politik.
Namun, data juga menunjukkan bahwa 4,86% dari Generasi Z memilih untuk golput (golongan putih), yaitu mereka yang tidak memberikan suara tanpa memilih kandidat tertentu.Â
Keputusan untuk golput bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya kepercayaan terhadap calon yang ada, ketidakpuasan terhadap sistem politik, atau kurangnya pemahaman tentang proses pemilu itu sendiri.
Pemahaman terhadap dinamika pilihan politik generasi Z sangat penting untuk menciptakan sistem politik yang responsif dan inklusif.Â
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan mereka, calon pemimpin dapat merumuskan kebijakan yang sesuai dan relevan dengan harapan generasi muda.Â
Keterlibatan aktif Gen Z dalam politik tidak hanya akan memengaruhi hasil pemilu tetapi juga masa depan demokrasi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H