Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Merebut Suara Gen Z dalam Pilkada: Apa yang diharapkan dari Pemimpin Mereka?

9 Oktober 2024   10:55 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dinamika politik di Indonesia semakin menarik untuk diteliti, terutama menjelang pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Dengan partisipasi generasi Z yang semakin meningkat, penting untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi pilihan politik mereka. 

Generasi ini, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh di era digital dan memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini memungkinkan mereka untuk membangun pandangan politik yang lebih kritis dan terinformasi.

Berdasarkan data, Pemilu 2024 menunjukkan tren yang signifikan dalam demografi pemilih di Indonesia. Jumlah pemilih yang berasal dari generasi milenial mencapai 66,8 juta, menjadikannya sebagai kelompok pemilih terbesar dalam pemilu kali ini. Diikuti oleh generasi X yang berjumlah 57,5 juta, generasi Z menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan dengan 46,8 juta pemilih, (https://databoks.katadata.co.id).

Secara keseluruhan, sekitar 55% dari semua pemilih pada Pemilu 2024 adalah anak muda, menunjukkan betapa pentingnya suara mereka dalam menentukan arah politik dan kebijakan di masa depan. Dengan populasi pemilih muda yang besar, para calon pemimpin dan partai politik harus memperhatikan isu-isu yang relevan bagi generasi ini, seperti pendidikan, lapangan kerja, dan keberlanjutan lingkungan. 

Spontanitas Pilihan 

Penelitian menunjukkan bahwa kalangan generasi Z cenderung membuat keputusan pemilihannya pada menit-menit terakhir (Kompas.com - 19/02/2024). Sebanyak 12,3 persen responden dari generasi ini menentukan pilihan mereka pada hari pencoblosan, sedangkan 7,8 persen lainnya memilih sehari sebelumnya. 

Hal ini menunjukkan bahwa mereka lebih suka menilai situasi secara langsung sebelum membuat keputusan, mencerminkan karakteristik spontaneitas yang tinggi dalam diri mereka.

Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan mendadak ini bisa beragam, mulai dari pengaruh lingkungan, informasi yang didapat dari media sosial, hingga perdebatan publik yang terjadi menjelang pemilihan. Ketidakpastian dan keraguan dalam memilih calon yang tepat juga dapat memengaruhi perilaku pemilih muda ini. 

Kualitas Janji Kampanye 

Janji-janji kampanye menjadi salah satu aspek penting yang diperhatikan oleh pemilih muda. Namun, banyak janji yang seringkali tidak terealisasi dengan baik setelah calon terpilih. Kesenjangan antara janji dan realitas ini dapat memicu kekecewaan dan apatisme di kalangan Gen Z, yang sangat menginginkan pemimpin yang dapat dipercaya.

Masyarakat, terutama generasi Z, kini semakin kritis terhadap janji-janji yang diucapkan oleh para calon. Mereka tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi juga mengharapkan bukti nyata dari tindakan yang diambil setelah pemilihan. Ketidakpuasan terhadap pemimpin yang tidak menepati janji bisa menyebabkan penurunan partisipasi dalam pemilu selanjutnya, menciptakan siklus di mana pemilih muda merasa suaranya tidak memiliki dampak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun