Tarian tambourine kini sering digunakan dalam ibadah di gereja-gereja aliran Pantekosta maupun gereja yang menyanyikan lagu-lagu kontemporer.Â
Gerakan tarian yang diiringi suara khas tambourine membuat suasana ibadah lebih hidup dan semarak. Penggunaan tambourine tidak terbatas di kota-kota besar, tetapi juga merambah hingga ke pedesaan.Â
Gereja-gereja Pantekosta, gereja dengan musik kontemporer, bahkan gereja aliran kharismatik telah mengadopsi tambourine sebagai bagian dari pelayanan ibadah mereka.
Salah satu contohnya adalah di Gereja Pantekosta Isa Almasih Indonesia (GPIAI) Efata di Susukan, Pabelan, Kabupaten Semarang.Â
Para remaja gereja ini secara rutin berlatih dan menampilkan tarian tambourine dalam ibadah raya Minggu pagi. Melalui pelayanan ini, anak-anak muda terlibat aktif dan turut berkontribusi dalam membangun iman jemaat serta memuliakan Tuhan.
Peran Tarian Tambourine dalam Ibadah
Tarian tambourine memiliki peran penting dalam memperkaya dimensi visual dan emosional dalam ibadah. Bukan sekadar gerakan fisik, tarian ini dirangkai dengan musik yang harmonis, menghadirkan suasana penyembahan yang lebih mendalam.
Di GPIAI Efata, empat penari tambourine menari dengan penuh semangat di sepanjang ibadah, selaras dengan alunan musik pujian dan penyembahan.Â
Gerakan tari tambourine, yang diiringi dengan ketukan ritmis tambourine itu sendiri, menciptakan suasana yang penuh sukacita dan spiritualitas.Â
Penampilan mereka tidak hanya memeriahkan ibadah, tetapi juga membantu mengarahkan perhatian jemaat pada penyembahan dan pengagungan Tuhan.
Tambourine ini berfungsi sebagai simbol kegembiraan dalam menyembah Tuhan, dan melalui tarian, jemaat dapat lebih merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah ibadah.Â
Selain itu, tarian tambourine membantu mempererat hubungan antarjemaat, karena semua terlibat dalam satu tujuan: memuji Tuhan dengan sepenuh hati.
Sinergi Musik dan Pujian
Pelayanan tambourine ini berjalan selaras dengan musik yang dimainkan oleh pemain band gereja. Pemain musik, penari tambourine, dan worship leader bekerja sama untuk menciptakan atmosfer penyembahan yang khusyuk.Â
Musik yang dimainkan sering kali mencakup lagu-lagu pujian dan penyembahan dengan aransemen modern, yang diiringi dengan irama tambourine yang dinamis.Â
Worship leader memimpin jemaat dalam pujian dengan penuh semangat, mengajak mereka untuk bersatu dalam pujian kepada Tuhan.
Dalam ibadah di GPIAI Efata, pemimpin pujian atau worship leader didampingi oleh empat penyanyi latar, yang bersama-sama mengarahkan jemaat untuk menyanyikan pujian dengan sungguh-sungguh.Â
Lagu-lagu yang dibawakan biasanya bertujuan untuk membangun komunikasi vertikal antara jemaat dengan Tuhan serta komunikasi horizontal di antara jemaat.
Komitmen Gembala untuk Pelayanan Berkualitas
Pdt. Ibrahim selaku gembala jemaat GPIAI Efata memiliki komitmen kuat untuk menghadirkan ibadah yang berkualitas. Ia memahami betapa pentingnya gereja dalam membina jemaat, khususnya kaum muda, di tengah tantangan zaman.Â
Salah satu bentuk nyata dari komitmen ini adalah dengan melibatkan para remaja dalam pelayanan tambourine.Â
Bagi Pdt. Ibrahim, pelayanan tambourine bukan hanya soal memeriahkan ibadah, tetapi juga bagian dari upaya gereja dalam memfasilitasi pertumbuhan rohani generasi muda.
Dengan menghadirkan pelayanan yang menarik dan relevan, seperti tarian tambourine yang sinergis dengan musik pujian, Pdt. Ibrahim berharap jemaat, terutama kaum muda, dapat terlibat aktif dalam pelayanan dan memperdalam iman mereka.Â
Komitmennya untuk mendidik dan membimbing kaum muda agar mampu menghadapi tantangan zaman dengan iman yang kuat, tercermin dalam setiap program pelayanan yang diadakan gereja.Â
Ia percaya bahwa pelayanan yang positif, seperti tambourine, akan membantu jemaat muda menemukan makna dalam beribadah dan berkembang dalam talenta mereka.
Mengembangkan Talenta di Usia Muda
Pelayanan tambourine memberikan peluang bagi remaja gereja untuk mengembangkan talenta mereka sejak usia muda. Di GPIAI Efata Susukan, para remaja rutin berlatih untuk menyempurnakan teknik tari dan keterampilan bermain tambourine.Â
Pelayanan ini menjadi salah satu bentuk pengabdian mereka kepada Tuhan, sekaligus menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan keterampilan artistik.
Meskipun gereja ini terletak di pedesaan, tidak menghalangi para remaja untuk berusaha maksimal dalam mengembangkan bakat mereka. Terlibat dalam pelayanan tambourine juga membantu mereka memahami pentingnya pelayanan dalam kehidupan berjemaat.Â
Mereka belajar tentang disiplin, tanggung jawab, dan kerjasama melalui latihan dan penampilan mereka.Â
Dengan demikian, pelayanan tambourine ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan visual, tetapi juga sebagai medium pendidikan rohani bagi generasi muda.
Dampak Tambourine terhadap Iman Jemaat
Tarian Tambourine dalam rangkaian ibadah tidak hanya berfungsi untuk memeriahkan acara, tetapi juga berperan dalam menumbuhkan ibadah jemaat.Â
Gerakan tarian dan bunyi tambourine yang energik mampu membawa jemaat ke dalam suasana penyembahan yang lebih dalam.Â
Dalam ibadah, pujian dan penyembahan dengan tambourine mempererat hubungan antara jemaat dan Tuhan serta antarjemaat.Â
Dengan menari, para penari tambourine menjadi saluran berkat bagi jemaat lain, menyampaikan pesan bahwa setiap anggota tubuh Kristus memiliki peran penting dalam memuliakan Tuhan.
Selain itu, keterlibatan remaja dan para pemain musik gereja dalam pelayanan ini membantu mereka memperdalam iman mereka melalui ekspresi seni.Â
Mereka belajar bahwa pelayanan kepada Tuhan bisa dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melalui tarian dan musik.Â
Meskipun berada di daerah pedesaan, mereka mendapatkan kesempatan untuk mengasah talenta yang mungkin tidak selalu tersedia di lingkungan yang lebih urban.Â
Pelayanan tambourine ini mengajarkan bahwa setiap jemaat, tanpa memandang lokasi atau latar belakang, dapat turut melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H