Mohon tunggu...
Obed Antok
Obed Antok Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang tulis

Berminat Dalam Bidang Sosial, Iptek, dan Pendidikan, Pastoral Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

7 Ciri Pemimpin yang Suka Mencari Pengakuan

29 September 2024   23:55 Diperbarui: 30 September 2024   08:19 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi poor leadership/https://high5test.com

Dalam dunia kepemimpinan, pengakuan sering kali menjadi pendorong bagi individu untuk mencapai kesuksesan. 

Namun, pemimpin yang terlalu fokus pada pencarian pengakuan dapat mengabaikan tanggung jawab utama mereka, yaitu membangun dan memelihara tim yang solid. 

Ketika pemimpin mengedepankan citra pribadi dan validasi eksternal, hal ini dapat menciptakan budaya kerja yang tidak sehat, merusak kolaborasi, dan menghambat perkembangan individu dalam tim. 

Berikut adalah uraian mengenai ciri pemimpin yang mencari pengakuan, lengkap dengan contoh yang relevan:

1. Pencitraan Diri yang Berlebihan

Pemimpin yang mencari pengakuan cenderung mengedepankan pencitraan diri, sering memanfaatkan media sosial dan platform publik untuk menampilkan diri secara positif. 

Misalnya, seorang CEO yang aktif memposting tentang keberhasilan perusahaan di Instagram, menyoroti pencapaian pribadinya tanpa menyinggung kontribusi tim. 

Fokus utama mereka adalah menciptakan citra yang baik di mata orang lain, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan tersebut.

Ketika anggota merasa bahwa pemimpin lebih mementingkan citra pribadi daripada hasil kerja kolektif, motivasi dan kepercayaan diri mereka bisa menurun.

2. Kebutuhan Akan Validasi

Ciri utama pemimpin yang mencari pengakuan adalah ketergantungan pada validasi eksternal. Contohnya, seorang manajer yang selalu meminta umpan balik positif dari timnya setelah setiap presentasi, merasa tidak percaya diri jika tidak mendapat pujian. 

Ketergantungan ini menciptakan siklus di mana pemimpin terus-menerus mencari pujian untuk merasa dihargai, yang pada gilirannya memengaruhi cara mereka memimpin.

Ketergantungan pada validasi dapat berimplikasi negatif bagi tim. Anggota mungkin merasa tertekan untuk memberikan pujian, bahkan ketika tidak ada yang istimewa untuk dipuji. 

Lingkungan kerja seperti ini bisa menghambat komunikasi yang jujur dan umpan balik yang konstruktif, yang penting untuk perbaikan dan pengembangan.

3. Menonjolkan Prestasi Pribadi

Pemimpin yang mencari pengakuan sering kali lebih suka menonjolkan pencapaian pribadi di atas keberhasilan tim. 

Misalnya, seorang kepala departemen yang sering kali membagikan keberhasilan proyek yang dia pimpin, tanpa menyebutkan kontribusi anggota tim. Hal ini menciptakan kesan bahwa dirinya lebih penting daripada kontribusi yang berharga dari tim.

Akibatnya, anggota tim dapat merasa demotivasi dan kurang termotivasi untuk berkontribusi lebih. Ketika prestasi tim tidak mendapatkan pengakuan yang seharusnya, hal ini dapat menurunkan semangat kerja. 

Pemimpin seharusnya membangun budaya yang merayakan keberhasilan tim untuk meningkatkan motivasi dan kolaborasi.

4. Sikap Defensif

Ketika menghadapi kritik, pemimpin yang mencari pengakuan cenderung bereaksi defensif. 

Sebagai contoh, seorang manajer proyek yang merasa terancam ketika anggota tim memberikan umpan balik tentang strategi yang dia pilih, dan memilih untuk membela diri daripada mendengarkan.

Budaya umpan balik yang sehat sangat penting untuk kemajuan. Jika anggota tim merasa takut memberikan kritik, mereka akan cenderung menghindari komunikasi yang jujur.

5. Kurangnya Fokus pada Tim

Pemimpin yang mencari pengakuan sering kali kurang memperhatikan kebutuhan anggota tim.

Misalnya, seorang pemimpin yang lebih mementingkan pencapaian pribadinya dan tidak memberikan perhatian pada proyek yang melibatkan banyak orang.

Ketika anggota tim merasa diabaikan, mereka mungkin kurang berkontribusi atau menunjukkan inisiatif. Pemimpin seharusnya menciptakan lingkungan yang mendukung di mana setiap anggota merasa memiliki peran penting dan diakui kontribusinya. Dengan demikian, tim dapat mencapai hasil yang optimal.

6 
Sulit Menerima Kritik

Pemimpin yang terfokus pada pengakuan sering kali sulit menerima kritik konstruktif. Sebagai contoh, seorang pemimpin yang merasa terancam ketika anggota tim mengajukan saran perbaikan dan lebih memilih untuk menutup diri. 

Ketidakmampuan untuk menerima kritik dapat menghalangi pertumbuhan profesional. Tanpa umpan balik yang jujur, pemimpin dan tim tidak dapat berkembang dengan baik.

7. Mengabaikan Pengembangan Anggota Tim

Pemimpin yang fokus pada pengakuan sering kali mengabaikan pengembangan anggota tim. Misalnya, seorang pemimpin yang tidak memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk memimpin proyek atau inisiatif baru, sehingga tidak ada ruang bagi orang lain untuk berkiprah.

Ketika pemimpin tidak berinvestasi dalam pengembangan anggota, mereka berisiko kehilangan potensi dan bakat yang berharga. 

Membangun tim yang kuat memerlukan komitmen untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan setiap individu.

Prioritas yang tidak seimbang ini dapat menyebabkan kebingungan dan ketidakpahaman di antara anggota tim. Ketika komunikasi tidak jujur atau tidak langsung, hubungan antaranggota dapat terganggu.

Akibat Buruk

Ketika pengakuan menjadi fokus utama, ketidakstabilan dalam kepemimpinan dapat muncul. 

Ketidakstabilan ini berpotensi menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, di mana anggota tim merasa tidak aman dan tidak termotivasi.

Kesimpulan

Pemimpin yang efektif harus berusaha menciptakan suasana yang stabil dan mendukung, di mana setiap anggota merasa dihargai dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan mengutamakan kolaborasi, pengembangan, dan umpan balik yang konstruktif, mereka dapat membangun tim yang lebih kuat dan produktif, yang pada akhirnya akan menguntungkan seluruh organisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun