Lingkungan kerja seperti ini bisa menghambat komunikasi yang jujur dan umpan balik yang konstruktif, yang penting untuk perbaikan dan pengembangan.
3. Menonjolkan Prestasi Pribadi
Pemimpin yang mencari pengakuan sering kali lebih suka menonjolkan pencapaian pribadi di atas keberhasilan tim.Â
Misalnya, seorang kepala departemen yang sering kali membagikan keberhasilan proyek yang dia pimpin, tanpa menyebutkan kontribusi anggota tim. Hal ini menciptakan kesan bahwa dirinya lebih penting daripada kontribusi yang berharga dari tim.
Akibatnya, anggota tim dapat merasa demotivasi dan kurang termotivasi untuk berkontribusi lebih. Ketika prestasi tim tidak mendapatkan pengakuan yang seharusnya, hal ini dapat menurunkan semangat kerja.Â
Pemimpin seharusnya membangun budaya yang merayakan keberhasilan tim untuk meningkatkan motivasi dan kolaborasi.
4. Sikap Defensif
Ketika menghadapi kritik, pemimpin yang mencari pengakuan cenderung bereaksi defensif.Â
Sebagai contoh, seorang manajer proyek yang merasa terancam ketika anggota tim memberikan umpan balik tentang strategi yang dia pilih, dan memilih untuk membela diri daripada mendengarkan.
Budaya umpan balik yang sehat sangat penting untuk kemajuan. Jika anggota tim merasa takut memberikan kritik, mereka akan cenderung menghindari komunikasi yang jujur.
5. Kurangnya Fokus pada Tim
Pemimpin yang mencari pengakuan sering kali kurang memperhatikan kebutuhan anggota tim.
Misalnya, seorang pemimpin yang lebih mementingkan pencapaian pribadinya dan tidak memberikan perhatian pada proyek yang melibatkan banyak orang.
Ketika anggota tim merasa diabaikan, mereka mungkin kurang berkontribusi atau menunjukkan inisiatif. Pemimpin seharusnya menciptakan lingkungan yang mendukung di mana setiap anggota merasa memiliki peran penting dan diakui kontribusinya. Dengan demikian, tim dapat mencapai hasil yang optimal.
6Â Sulit Menerima Kritik